Sabtu, 18 Januari 2014

A Gentlemen's Dignity

Boys don’t mature. They just age. But aged boys know… to flow with a different destination, and to shine with different color.


Ngeeekkkk ...

Akhirnya selesai juga nonton film seri ini. Film Korea pertama dan satu-satunya di blog ini. Maaf saya cukup picky dalam hal ini. Hahaha.

Sungguh bukan faktor pemainnya film ini ikut tayang di sini. 100% karena ide ceritanya. Dan yang penting film ini tidak terlalu menye-menye.  

A Gentlement's Dignity berkisah tentang cinta, persahabatan, dan kehidupan pribadi 4 pria berumur 41 tahun. Apa menariknya 4 laki-laki berumur 41 tahun? Di sinilah uniknya.

Adalah Kim Do Jin, Im Tae San, Choi Yoon, dan Lee Jung Rok. Sejak menjadi anak sekolahan mereka sudah bersahabat. Dan persahabatan itu terus berlanjut sampai mereka meniti karier masing-masing dan salah dua di antara mereka menikah (Choi Yoon & Lee Jung Rok), sedangkan dua yang lainnya masih berkutat dengan karier dan wanita yang dikejarnya (Kim Do Jin & Im Tae San).

Sepertinya sudah menjadi ciri khas sebuah film seri, kisah cinta mereka menjadi rumit dan ribet.

Kim Do Jin, yang menjadi fokus utama cerita, jatuh cinta pada Seo Yi Soo, yang ternyata malah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Im Tae San.

Im Tae San jatuh cinta pada sahabat Seo Yi Soo, Hong Se Ra (nah lhoo). Tae San sangat mencintai Se Ra, sedangkan Se Ra belum mengenali perasaannya sendiri dan masih sibuk dengan kariernya sebagai atlet golf.

Jadi mereka berempat terlibat dalam cinta garis lurus. hehe

Lain lagi dengan Jung Rok yang menikah dengan perempuan matang yang super duper kaya (Park Min Sook). Jung Rok yang playboy dan Min Sook yang cemburuan sempurna membuat rumah tangga mereka selalu rock and roll, tidak pernah tenang, bahkan terancam bubar.

Sementara, Choi Yoon yang istrinya meninggal diam-diam jatuh cinta pada Me Ah Ri, adik kandung Im Tae San, yang terpaut 14 tahun dengannya. Dia dihadapkan pada pilihan, menggenggam Me Ah Ri atau melepasnya demi persahabatan mereka.

Sebenarnya pekerjaan dan karier mereka menjadi poin yang menarik, Choi Yoon pengacara, Jung Rok pengelola kafe, Seo Yi Soo guru sekolah menengah, Me Ah Ri desainer tas, dan Hong Se Ra atlet golf. Sayangnya, cerita seputar pekerjaan lebih banyak terfokus pada Kim Do Jin dan Im Tae San di perusahaan arsitektur yang mereka kelola.

Di sini, saya meminggirkan teori-teori tentang ulasan film (sejatinya saya tidak paham, hehe), dan unsur-unsur filmis yang biasanya menyertai sebuah ulasan film, misalnya keindahan gambar, sinematografi, seni peran, efek-efek khusus, dan hal-hal pendukung lainnya, yang kemudian dibuat penilaian baik atau jelek, mengibur atau tidak menghibur. Saya tuliskan saja apa yang nyangkut di kepala. ^_^ 

Tentang sahabat
Dalam penangkapan dan pemahaman sederhana saya, inilah garis besarnya. Sahabat adalah orang yang pertama kali datang ketika seluruh dunia meninggalkan kita. Film ini hendak menunjukkan bahwa sahabat seperti itu memang ada, dan idealnya, memang seperti itulah seharusnya seorang sahabat. Tidak ada hubungan tanpa ikatan yang setulus hubungan dengan sahabat.
Sahabat adalah seseorang yang membuat sahabatnya mencapai potensi terbaiknya, saling mendukung, saling menyediakan waktu, dan saling mendengarkan. Usia bukan penentu seseorang menjadi sabahat yang baik dan bisa diandalkan atau tidak.
Menjadi sahabat artinya menjadi gila dan konyol ketika hanya itu yang dibutuhkan oleh sahabatnya untuk kembali tertawa. Film ini sarat hal-hal seperti itu.

 


Tentang pasangan
Who is the one that married the best? Pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Tidak ada pribadi yang sempurna tanpa cela. Jika ada seseorang terlihat begitu sempurna, hanya ada dua kemungkinannya. Pertama, kau belum benar-benar mengenalnya. Kedua, kau "hanya" sedang jatuh cinta kepadanya.
Pasangan, orang yang membuat kupu-kupu beterbangan di perut kita, orang yang dengannya kita berani membuat komitmen, adalah orang yang bersamanya kita berani merenda mimpi bersama. Orang yang dengannya kita sanggup menempuh risiko. Orang yang dengannya kita bisa menjadi diri sendiri. Sepertinya klise. Memang. Tapi, bukankah cinta masih menjadi kekuatan besar yang memampukan kita menempuh banyak hal?

Tentang memaafkan dan menerima
Siapa yang tidak punya masa lalu? Siapa yang tidak pernah berbuat kesalahan pada masa lalunya? Di tengah cerita kita dikejutkan dengan sang tokoh utama yang ternyata melakukan kesalahan besar pada masa lalunya. Kesalahan yang sangat terlambat diketahuinya dan mengubah seluruh hidup dan keputusannya. Saat ia mantap dengan pilihan masa depannya, kisah masa lalunya menyerobot masuk.  
Penyesalan tidak cukup untuk mengatasi kenyataan dan segala konsekuensinya. 
Hanya ketika ia tidak terlalu sombong untuk menerima maaf dan meminta maaf, segala sesuatunya ternyata menjadi lebih mudah.

Tentang pilihan-pilihan
Usia dan kedewasaan memang berteman, tetapi tidak selalu sejalan. Pengalaman berhadapan dengan berbagai pilihan lebih mendewasakan ketimbangan hitungan usia belaka.
Pilihan-pilihan memberikan ruang untuk berpikir dan membuat keputusan. Semakin hari semakin paham dan semakin berhitung atas risikonya. Bukan untuk mundur, melainkan untuk menyiapkan keberanian yang lebih besar, ketulusan yang lebih teruji, sikap yang tidak ala kadarnya, dan ketenangan yang lebih matang. Saya menyebutnya pilihan-pilihan yang mendewasakan.


-------------------------------------------------------------------------------------


http://rokpaperscissors.com/the-k-drama-starters-guide-for-men/

Scene favorit: semua opening-nya.
Quote favorit: sudah ditulis di atas.
Pemain favorit: terlalu banyak orang mengidolakan Do Jin, saya pilih Yoon Oppa saja. Dia lebih charming di mata saya. *hallah* Mungkin ini sisi lain saya, jarang terpikat dengan pemeran utama. hahaha :-p

2 komentar :

  1. Aa, baru nemu postingan ini! Ini review yang keren, Mbak. Saya tidak selesai membaca recap-nya di blog drakor. Hehehe. Ciee, Yoon Oppa juga keren kok, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wekekek .. kupikir nggak bakalan ada yg ngintip postingan ini. Haha.
      Jadi pengen maluu ... *hallah*

      Hapus