Minggu, 25 Oktober 2015

Jangan lupa bahagia ....

#todaywisdom

Sedang speechless. Semoga ini mewakili ^^.
Bagaimanapun cerita hidup kita, jangan lupa untuk bahagia ....




Sabtu, 24 Oktober 2015

Look for the good in everyone ...

#todaywisdom

Dave Barry, seorang humoris kenamaan dan penulis buku Peter dan Penangkap Bintang, pernah bertutur bahwa "tidak masalah kita menikmati lautan hanya dengan memandangi permukaannya; namun jika kemudian akhirnya kita masuk ke dalam air, kita akan menyadari keindahannya secara utuh. Hanya diam memandangi permukaaannya terus-menerus itu ibarat pergi ke sirkus dan hanya berdiri memandang di luar tenda."

Hari ini seorang teman mengingatkan hal penting mengenai cara kita menilai orang lain, tidak terburu-buru berpikiran buruk. Setiap orang memiliki masalah dan beban. Semua orang punya cara sendiri untuk mengelola perasaan dan pengalaman hidupnya. Setiap orang memiliki sisi buruk, tetapi setiap orang juga menyimpan banyak sisi baik dalam dirinya. Let us look for the good in everyone we meet ....

Jumat, 23 Oktober 2015

Don't try to take responsibility ...

#todaywisdom

Don't try to take responsibility for someone else's unhappiness. 


[efek nonton film Korea, High Society ^_^].

Janganlah berusaha bertanggung jawab atas ketidakbahagiaan seseorang. Kalau tidak mengetahui konteksnya secara keseluruhan, ungkapan ini sepertinya sadis. Namun, mungkin kita pernah merasakan sebuah kondisi di mana kita menyayangi seseorang, dan merasa perlu untuk selalu peduli dengan keadaan perasaannya. Sampai-sampai jika dia merasa sedih atau tidak bahagia, kita merasa kitalah penyebabnya.

Jangan. Jangan merasa seperti itu. Selama kita tidak melakukan hal yang salah kepadanya, jangan merasa bertanggung jawab atas ketidakbahagiaannya. Kita menyayanginya, sudah pasti dia berarti untuk kita. Namun, jika kehadiran kita tidak cukup berarti untuk dia menyingkirkan perasaan tidak bahagianya, kita tidak perlu terus-menerus menyalahkan diri sendiri, bukan?

Kamis, 22 Oktober 2015

Berjalan dengan Sepatu[mu]

#todaywisdom

Tiap orang dewasa punya sisi lain dalam dirinya, salah satunya adalah "sisi anak-anak". Ada saja faktor yang memunculkan sisi itu ke permukaan, entah sepele atau tidak. Dan ketika sisi itu muncul ketika dia sedang berada di antara banyak orang yang mengenalnya dengan baik, pasti akan banyak reaksi dan respons yang muncul.

Kesal bisa jadi salah satunya.

Namun, ketika kita sudah beberapa kali tarik napas dan "berjalan beberapa langkah dengan sepatunya", kita akan mendapati bahwa semua itu tidak mengesalkan. Proses sampai ke titik itu mungkin tidak akan menyenangkan, tetapi di ujung proses kita akan lebih bisa memahami "sisi anak-anak"-nya. Dan yang juga penting adalah kita juga lebih memahami diri kita sendiri.

“Everything that irritates us about others can lead us to an understanding of ourselves.”― C.G. Jung 

Jumat, 16 Oktober 2015

Bad Days: Cheer Yourself Up

#manusia.yang.terbuat.dari.semangat

Ada potongan kalimat dari buku #88LoveLife: We all have problems. We all have times when we feel like killing ourselves. But there are just simply bad days just like there are good days. And it takes both to make a person.


Hari-hari kita tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, yang kita harapkan. Seperti rambut pas susah diatur. Hehehe. Ada kalanya segala sesuatu sepertinya berantakan, terlalu banyak yang harus dibereskan dengan waktu yang terbatas (dan tenaga yang antara ada dan tiada). Benar-benar menguras energi.

Di pekerjaan misalnya, semua upaya yang kita lakukan rasanya tidak membawa kebaikan dan kemajuan. Malah bikin tambah stres. Di rumah mungkin juga begitu, masalah dengan pasangan, atau menghadapi anak yang “sangat kreatif” dan membuat kita speechless. Belum lagi ditambah dengan masalah pribadi, atau juga masalah relasi dengan rekan kerja. Semuanya mengepung dan membuat kita serasa ingin berkata, I’m about to explode. 

Marah dan stres. 

Beberapa waktu belakangan ini saya juga merasakan beban yang menumpuk. Merasa tetap lelah meskipun sudah cukup beristirahat. Merasa kosong meskipun sudah nonton film dan acara-acara yang menghibur. Merasa tetap “penuh” meskipun sudah curhat dengan pasangan. Merasa belum kenyang meskipun sudah makan banyak. *abaikan yang terakhir*

Sampai di suatu titik, saya merasa bahwa saya benar-benar perlu “pelampiasan” (baca: pengalihan). Saya mulai memilih dan memilih, kira-kira apa yang bisa saya lakukan. 

Ada dua aktivitas yang kemudian saya mendapati keduanya cukup ampuh untuk melepas stres dan membuat saya ceria kembali. 

1. Origami
Suami suka, anak suka, saya suka banget. Hehe. Dari kecil, anak lanang memang sudah suka origami. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu kami sempat membuat proyek 1.000 burung bangau, tetapi sempat terhenti karena dia berlibur di rumah eyangnya, dan orangtuanya sedang [sok] sibuk. Terhenti deh proyek itu. Ini saatnya melanjutkan. Kebetulan persediaan kertas lipat masih banyaaak. Hasil lipat-melipat burung bangau juga masih tersimpan dengan baik. Yak, semangat!

2. Terapi Warna – Anti Stres
Yang ini sepertinya sedang kekinian (atau mungkin saya aja yang ketinggalan :D). Sebenarnya ini hanya kegiatan mewarnai gambar. Namun karena yang diwarnai adalah gambar yang rumit, coloring picture for adults, jadinya seru dan menantang. Malahan anak lanang ikutan juga mewarnai. Pilih-pilih warna, gores sana-sini, ternyata bisa ampuh melepas stres. Khusus ini nanti akan ada postingan terpisah aja karena ada foto-fotonya.

Membuat diri sendiri ceria kembali itu perlu, sangat perlu, karena itu akan membuat kita memandang segala sesuatu (termasuk masalah) secara positif. Dan pemikiran yang positif pasti lebih diperlukan dalam menyelesaikan masalah dibanding pemikiran yang negatif.
Sebenarnya ada satu lagi yang cukup ampuh melepas stres, yaitu menuliskan tentang stres itu, seperti yang sedang saya lakukan sekarang. ^_^

Jadi, intinya adalah ketika kita merasa sedang bad days, lakukan hal-hal yang menyenangkan dan kita sukai, juga positif tentu saja. Positivity always wins.

Semangaat.

Minggu, 11 Oktober 2015

Dari Kentut Sampai Rol Rambut



#manusia.yang.terbuat.dari.semangat
“Kalau kau sudah bisa kentut tanpa merasa bersalah di dekat seseorang, dia adalah saudaramu.” 


Pernah mendengar ungkapan itu? Adalah Arip Syaman yang mengatakan semua itu kepada sahabatnya, Twosocks. Mereka berdua bersahabat dan menjadi teman sejalan yang [dalam pembacaan saya] asyik. Arip Syaman hobi buang gas, bahkan kadang dengan membabi buta, dan Twosocks  menerima kebiasaan ganjil sahabatnya itu dengan tabah (hehehe). Penggalan kisah perjalanan dalam buku The Dusty Sneakers tersebut mengingatkan saya bahwa “sahabat yang ganjil” pun bisa membuat perjalanan (baca: kehidupan) kita ganjil, tetapi menyenangkan, bahkan sangat bisa dinikmati, tidak betul-betul nelangsa (meminjam istilah Twosocks).

Seorang teman di kantor menyampaikan hal yang mirip itu ketika ia melihat teman kami yang lain memakai rol rambut di kantor. Katanya, “Setiap kali melihat ada orang melakukan ‘kebiasaan rumahnya’, aku seperti menjadi bagian hidup orang itu.” Kira-kira begitu.

Dua hal di atas tak serupa, tetapi menyampaikan pesan yang nyaris sama. Sungguh menyenangkan ketika kita menemukan teman dan sahabat yang dengannya kita benar-benar merasa nyaman, bahkan nyaman melakukan hal-hal yang tidak akan kita lakukan di depan orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak akan kita ucapkan dengan leluasa di depan orang lain. Kita memilih dia (dan dia memilih kita).

Ada “jenis teman” yang bersamanya kita sanggup melakukan hal-hal besar sekaligus juga hal-hal yang memalukan; teman yang bisa memunculkan sisi terbaik kita, sekaligus sisi terburuk kita (dan kita bahkan tidak merasa malu atau sungkan menunjukkannya). Teman yang bersamanya kita sanggup memaki dan rela dimaki, tetapi kemudian saling menghibur dan saling memeluk.  

Persahabatan kita tidak harus seperti Old Shatterhand & Winnetou yang persabahatannya “diikat dengan darah”. Namun, setidaknya bersamanya kita bisa banyak tertawa dan merayakan hidup. Dan yang juga penting, bersama kita, dia bisa banyak tertawa dan merayakan hidup.