Jumat, 19 Oktober 2012

Wow Geetttooo




Gambar di atas adalah cuplikan soal UTS SD. Beberapa hari lalu menemukan link tersebut di sebuah blog ketika sedang blogwalking. Respons pertama saya adalah fffiuuuuhhh. Spontan saya membayangkan menjadi murid yang sedang mengerjakan soal itu dan dengan polos menyilang jawaban B. ^_^

Karena ingin tahu respons spontan orang lain, saya share link itu di Facebook. Beberapa acung jempol, beberapa tertawa, dan beberapa melekatkan responsnya. Antara lain:
A: miris ...
B: epic fail!
C: hadehh...
D: beneran tuh?
E: pembuat soalnya alay nih ...
F: pembuat tesnya jangan-jangan punya kerjaan sampingan nulis skenario sinetron.

Sepertinya, benang merahnya adalah prihatin.


Catatan: sumber asli potongan soal itu belum diketahui.

Kamis, 18 Oktober 2012

Siapa yang Minum Kanabis?

Pernah merasa orang lain berubah sikap terhadap kita? Dia bagai habis meminum ramuan kanabis, semua perilakunya berubah. Tak ramah, tak bersapa, ketus. 

Hal yang lumrah dilakukan ketika merasa seperti itu adalah melihat ke dalam diri. Dan pertanyaan yang terselip kemudian adalah, apa yang salah dengan diriku. Pertanyaan meditatif spontan yang [saya pikir] bagus karena itu berarti kita tidak spontan menyalahkan orang lain atas perubahan sikapnya.

Melihat ke dalam. Perubahan sikap orang lain bisa menjadi early warning system untuk melihat ke dalam diri, adakah perubahan yang tidak kita rasakan, tetapi sebenarnya terpancar keluar dan tertangkap oleh orang lain. Apa pun perubahan itu. Perubahan menjadi baik saja bisa menuai respons yang tidak kita harapkan, apalagi perubahan yang tidak baik. 

Melihat ke luar. Dalam hati orang tak ada yang tahu. Karena itulah, manusia [baca: saya] butuh kepekaan dan empati. Mungkin sebenarnya dia sedang mengalami masalah dalam kehidupannya, dan saya sedang terlalu sensitif. Akibatnya, jadilah saya menganggap dia berubah, padahal sebenarnya tidak. 

Dalam keadaan seperti ini, wewajibkan diri sendiri untuk tidak berburuk sangka akan membuat segala sesuatunya tidak semakin parah. Tragis bila pertemanan kandas hanya karena prasangka. 

Tidak berburuk sangka [harapannya] akan membuat saya tidak melulu mementingkan suasana hati sendiri dengan menafikan kenyataan bahwa orang lain juga punya perasaan dan masalahnya sendiri.

Tidak berburuk sangka [harapannya] akan membuat saya tetap rendah hati untuk tidak menilai diri sendiri benar, dan sebaliknya.

Tidak berburuk sangka [harapannya] tidak membuat saya berkutat dengan perasaan sendiri.

Bagaimanapun, pertemanan yang sudah terjalin jauh lebih berharga daripada perasaan sesaat seperti ini. Saya tidak pernah tahu, mungkin saja dia memiliki penilaian yang sama terhadap saya, dan mungkin sebenarnya [tanpa saya sadari] sayalah yang habis menenggak ramuan kanabis.

Rabu, 10 Oktober 2012

Lebih Pagi

Pagi ini berangkat lebih pagi karena harus memfotokopi sebuah dokumen. Ternyata tidak mudah mencari fotokopian yang buka pagi-pagi. Rata-rata mereka buka jam 7-an lebih. Setelah mencari-cari, akhirnya nemu juga kios fotokopi yang buka lebih pagi dari yang lainnya. Cocok!

Jadi teringat nasihat orangtua, bangun pagi biar dekat rezekinya. Pengusaha fotokopi itu mungkin pernah mendengar nasihat yang sama. hehe. Karena buka lebih pagi dari yang lain, otomatis akan mendapat pelanggan lebih banyak. Jika di antara para pelanggan ada yang sering membutuhkan fotokopi pada pagi hari, seperti saya, mereka pasti akan langsung meluncur ke kios tersebut. 

Lesson learned.
Bangun pagi tidak hanya sehat, tetapi juga membuat kita memiliki lebih banyak pilihan dan kesempatan. The earlier we rise, the more possibilities there are to fill our day! Lebih banyak kemungkinan dan pilihan yang bisa dipertimbangkan ketika kita tidak terburu-buru, kan? 

The early bird gets the worm. ^_^

Rabu, 03 Oktober 2012

[Bukan] Sekadar Rutinitas

Setiap bulan, sekitar tanggal 4 sampai beberapa hari ke depan, saya kejatah tugas me-lay out buku kumpulan renungan. Ada sekitar 160-an halaman warna yang harus dikerjakan dalam durasi 3–4 hari. Beberapa artikel perlu layout yang berbeda, tetapi design besarnya hampir selalu sama setiap bulan. Bosan? Hhmm ... setiap kali perasaan enggan mengerjakan datang, saya berusaha untuk tidak memaknainya sebagai bosan.

Hampir setiap bulan, saya selalu menemukan cara untuk membuat pekerjaan tersebut lebih cepat dan efisien. Saya jadi tahu cara mengatur paragraf dengan cepat, cara praktis mengatasi missing style, menyalin warna dengan akurat, mengoptimalkan fungsi setiap tool di program design yang saya gunakan, mengatur master page supaya lebih memudahkan. Ini hanya beberapa contoh, tapi ini saja sudah menjadi pelajaran besar.

Menengok ke belakang, ketika menghadapi suatu kegiatan atau pekerjaan yang tampaknya rutinitas belaka, betapa sering saya mengeluh, bahkan sebelum  memulai mengerjakannya. Sikap ini ternyata hanya mendatangkan energi negatif ke dalam diri sendiri. Sesuatu yang harusnya bisa menyenangkan menjadi tidak menarik sama sekali. Semangat surut, kemauan susut, perasaan karut marut. Sudah pasti kerja menjadi tidak optimal. Dan saya akan "ketinggalan pelajaran". 

Memetik hikmat dari mainan favorit di rumah, saya belajar untuk melihat semua hal yang berjudul rutinitas seperti mainan Lego dalam sebuah kotak. Kepingan-kepingan yang ada di dalamnya akan selalu sama, bentuk dan warnanya. Namun, dari kepingan-kepingan kecil itu kita bisa membuat bermacam mainan, dari yang sederhana hingga yang kompleks. Selalu menarik untuk dicoba dan dimainkan. Rangkaian yang sama bisa dibuat, tetapi rangkaian lain yang berbeda bisa lebih banyak karena sesungguhnya tidak ada hal yang persis sama.

Yeaa ...

Selasa, 02 Oktober 2012

Kuda Mati di Alun-alun Lor

Tadi pagi sekitar pukul 6, saat mentari masih belum sepenuhnya menyibak sisa hujan pertama semalam, saya bersepeda motor di sekitar alun-alun lor Jogja. Agenda pagi ini adalah membeli susu segar. Pulangnya, di sisi barat selatan alun-alun, banyak orang berkerumun. Di situ memang ada warung tenda sih, tapi kerumunan yang terbentuk di dekatnya tidak wajar dalam pandangan saya. Saya memelankan motor, menepi dan mengamati. Ternyata orang-orang di situ sedang mengerumuni seekor kuda yang tergeletak mati di trotoar. 

Kuda hitam besar yang gagah itu tiba-tiba terjatuh saat dilatih di area sekitar keraton. Begitu kata seorang ibu yang saya tanya. "Kudanya masuk angin," seru seorang bapak yang berdiri di dekat kuda; mungkin menjawab pertanyaan seseorang. Di wajah si kuda terlihat ada luka memerah. Mungkin lecet karena tergores badan jalan waktu ia jatuh.  

Tak lama kemudian, seseorang datang membawa papan beroda untuk mengangkut si kuda. Beberapa laki-laki dewasa berpadu tenaga berusaha memindahkan si kuda dari trotoar ke atas papan. Sepertinya tidak mudah. Dengan arahan seorang bapak yang terlihat lebih sepuh dari yang lainnya, akhirnya si kuda berhasil dinaikkan ke papan dengan bagian kepala tetap dipegangi supaya tidak terkulai turun dari papan. Papan itu kemudian didorong ke arah museum kereta. Dan kerumunan pun bubar.