#manusia yang terbuat dari semangat
Saya suka memakai analogi antena untuk menggambarkan sebuah pemikiran.
Bahkan untuk menghindari konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi hanya
karena beda paham atau beda maksud, saya suka mengatakan, "Ah, antena kita
berbeda." Lalu, saya akan tertawa untuk menenangkan perasaan sendiri.
Beda kepala, beda pemikiran. Itu biasa. Apa yang kita pikirkan saja bisa
berbeda dengan apa yang kemudian kita ucapkan, padahal kepala dan mulut berada
dalam satu teritorial yang dekat, satu tubuh pula. Jadi, bisa dimaklumi apabila
maksud perkataan kita sering kali ditangkap berbeda oleh orang yang
mendengarkan. Tidak perlu terlalu sensitif.
Mungkin ada orang-orang yang memang berpembawaan “menerima secara berbeda
perkataan orang lain”. Itulah dinamika dalam hubungan dengan orang lain. Namun,
kita tidak perlu juga cepat-cepat menghakimi bahwa mereka tidak memahami maksud
kita. Bisa jadi penyampaian kita memang rawan multi tafsir. Lagi pula, jika
kita terlalu sibuk menghakimi, kita tidak punya waktu untuk mencintai mereka.
#tzzaahhhh ….
Kita juga tidak perlu selalu “menyamakan antena” hanya karena kita “malas”
mendengar komentar-komentar yang muncul kemudian yang ternyata tidak sesuai
dengan maksud kita. Apalagi, kita lalu memilih bungkam dan menjauh.
Seandainya
momen “beda kepala, beda antena” itu memang membuat kita resah, anggap saja
kita bertemu manusia-manusia cerdas yang membuat kita bertambah ilmu dalam hal
cara bicara atau cara berkomunikasi dengan orang lain. Itu pilihan yang, jika diambil
dengan penuh kesadaran dan bukan sekadar karena mutung”, akan mengasah kedewasaan.
Semangaat.
Kamis, 29 Januari 2015
Rabu, 21 Januari 2015
"Kamu ini terbuat dari apa?"
"Kamu ini terbuat dari apa sih? Dalam 24 jam, sepertinya banyak sekali yang bisa kamu lakukan."
Begitu lengkapnya BBM dari seorang teman kemarin siang. Awalnya saya tertawa membaca pertanyaannya itu, tapi kemudian saya benar-benar merenung. "Kamu ini terbuat dari apa sih?" Pertanyaan yang menyiratkan seolah-olah saya terbuat dari zat atau materi yang berbeda dengannya, padahal tidak.
Dalam 24 jam memang banyak sekali yang "harus" saya lakukan nyaris setiap harinya. Saya tidak tega menuliskan semuanya di sini karena saya sendiri kadang tidak percaya. Entah bagaimana, secara supernatural Sang Penjaga Alam seperti menambahkan waktu untuk saya dapat menangani semuanya. Oleh karena itu, setiap kali mendapat pertanyaan "Kok bisa semua itu tertangani", saya hanya berkelakar, "Karena aku bisa menghentikan waktu." Hehe.
Tentu saja itu hanya kelakar. Saya jelas bukan Evie, tokoh di film serial anak lawas, yang bisa menghentikan waktu hanya dengan menyatukan kedua ujung jarinya. Saya juga bukan sejenis Hiro Nakamura, tokoh favorit saya di film Heroes, yang punya kekuatan memanipulasi ruang dan waktu.
"Menghentikan waktu" yang saya maksud bukanlah dalam arti yang harfiah. Pernahkah kau merasakan ketika kau sedang menghadapi banyak pekerjaan, tetapi kau mengerjakannya dengan sedikit keluhan, penuh semangat, menganggap itu sebagai tantangan yang seru, dan tanpa kau sadari pekerjaan itu selesai bahkan lebih cepat dari yang kau perkirakan dengan hasil yang seperti yang kauharapkan? Nah, itulah maksud saya.
"Kamu ini terbuat dari apa sih?" Pertanyaannya itu kemudian saya maknai sebagai "tepukan di pundak". Tepukan seorang sahabat yang selalu menuang semangat. Jadi, hari-hari ke depan jika dia melontarkan pertanyaan yang sama, saya sudah memiliki jawabannya. "Aku terbuat dari semangat. Semangat darimu."
Terima kasih, Sahabat.
Sabtu, 10 Januari 2015
Inbound Marketing vs Iklan Konvensional
Sepanjang
jalan yang kita lewati dalam perjalanan ke kantor atau ketika bepergian ke mana
pun, coba hitung berapa iklan atau billboard yang terpasang. Entah menawarkan
produk, jasa, even, atau destinasi. Dari sekian banyak iklan tersebut, berapa yang
benar-benar kita simak dan perhatikan detailnya? Bisa jadi tidak satu pun jika
kita memang tidak ada rencana terkait isi iklan tersebut. Padahal uang yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk bisa memasang iklan tersebut pastinya tidak
sedikit, apalagi di spot-spot tertentu yang dianggap strategis.
Jadi,
apakah iklan secara konvensional seperti itu masih relevan? Dalam hal tertentu,
tentu masih relevan. Namun, bandingkan dengan ketika kita mencari barang yang
kita butuhkan melalui internet. Kita tinggal ketik di search engine dengan kata kunci
yang berhubungan. Misalnya, busana ala Korea. Dengan sekali “enter”, kita
akan disuguhi begitu banyak website e-commerce yang berkaitan dengan busana
K-Pop. Sangat cepat dan efektif. Online shop dengan rangking tinggi di search
engine pastilah yang kita pilih terlebih dahulu untuk kita kunjungi. Bukankah
begitu?
Di situlah peran Inbound Marketing.
Era Digital dan Pilihan Marketing Modern
Dalam
Inbound Marketing, intinya adalah bagaimana produk, jasa, atau toko online kita
ditemukan dengan mudah oleh pelanggan atau netizen melalui internet. Era
digital dan kemudahan mengakses internet dari segala tempat dan alat menjadikan
Inbound Marketing sangat efektif. Bukan berarti iklan konvensional harus
ditinggalkan atau tidak perlu dipakai. Hanya saja para pelaku bisnis perlu jeli
dengan perubahan dan pergeseran pola perilaku konsumsi yang diterapkan oleh
masyarakat.
Dunia yang
bergerak cepat dan kemudahan akses internet membuat masyarakat lebih memilih
klik sana-sini dengan jarinya untuk memilih dan membeli hampir sebagian besar
keperluan mereka. Dari belanja hingga membayar tagihan. Peluang inilah yang
kemudian dipakai oleh para pelaku bisnis untuk memperkenalkan produk, jasa, dan
toko online mereka kepada konsumen melalui internet dengan Inbound Marketing.
Dalam
strategi marketing yang berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi
ini, ada tiga unsur penting yang saling terkait dan tidak bisa berdiri sendiri.
1. Media
Sosial
Facebook,
Twitter, Linkedin, Forums, dan media sosial lain efektif untuk dilibatkan dalam
strategi marketing kita. Tingginya frekuensi masyarakat “bersentuhan” dengan
media sosial setiap harinya memperbesar peluang untuk mereka menemukan dan
datang ke website atau toko online kita.
2. SEO
(Search Engine Optimization)
Tingginya
permintaan content writing yang menggunakan SEO menunjukkan bahwa SEO sangat
efektif untuk membuat para pelanggan menemukan website kita melalui search
engine, seperti Yahoo, Google, Bing, dan yang lainnya. Search engine atau mesin
pencari adalah tempat utama para pelanggan atau netizen mencari beragam
informasi terkait kebutuhannya. Semakin tinggi rank website kita di mesin
pencari, sudah pasti semakin tinggi peluang website kita ditemukan oleh para
pelanggan, dan semakin banyak pula pelanggan yang berpotensi datang ke website
kita.
3. Konten
Website
Inti dari
Inbound Marketing adalah membujuk secara halus supaya para pengunjung website
membeli produk atau jasa yang kita tawarkan. Semua itu tidak harus dilakukan secara
terang-terangan. Misalnya, kita memiliki toko online dengan spesialisasi busana
K-Pop. Kita tidak perlu blak-blakan bahwa kita berjualan busana K-Pop.
Alih-alih, kita bisa menyajikan berbagai informasi mengenai K-Pop, busana dan
budayanya yang sedang tren. Mereka akan tertarik dengan sendirinya tanpa kita
menyuruhnya.
Masyarakat
semakin jeli dan cerdas. Para pelaku bisnis online pun harus semakin kreatif
dan mengasah diri untuk bisa memanfaatkan perkembangan teknologi demi kemajuan
bisnis mereka.
Label:
happy writing
,
inbound marketing
,
internet marketing
,
media sosial
,
SEO
,
website
Kamis, 08 Januari 2015
3 Proyek 2015
2014 berlalu dengan banyak kepedihan dan keseruan, tetapi ada harapan dan pembelajaran besar yang dibawa bersamanya. Tetap bersyukur.
2015 membentang dengan segenap tantangan. Beberapa hari
kemarin berpikir target apa yang ingin saya capai tahun ini supaya hari ke hari
selama tahun ini tidak lewat begitu saja dengan segala rutinitasnya. Ada
hal-hal yang ingin saya capai dan saya lakukan di luar pekerjaan sehari-hari.
Tahun ini saya menetapkan ada 3 target atau 3 proyek yang
ingin saya lakukan dan kejar. Semuanya tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan, tetapi ketiganya adalah hal yang saya sukai dan nikmati.
Mengapa hanya 3? Sengaja, karena ketiganya akan berjalan bersamaan dan berjalan
sepanjang tahun. Kalau terlalu banyak, khawatir salah satunya atau malah
semuanya tidak optimal. Lagipula, prioritas tetap perlu karena prioritas itu
menyederhanakan hidup. Hehehe.
1. Ikut Baca Bareng
dan Posting Bareng BBI
Supaya pengalaman menulis review buku di bacabukuseru lebih menantang dan
lebih bervariasi, saya mau ikut event Baca Bareng 2015 BBI (Blogger Buku
Indonesia). Berikut ketentuannya:
- Januari: Buku Secret Santa, dipos tanggal 30 Januari 2015. Karena tidak ikut Secret Santa BBI 2014 kemarin, Januari ini saya akan mem-posting review buku yang pengen sekali dimiliki sejak akhir tahun kemarin.
- Februari: Profesi, yaitu buku-buku yang di dalamnya dijelaskan cukup rinci mengenai profesi tokoh-tokohnya. Misalnya, Twivortiare Ika Natassa yang menjelaskan profesi bankir. Dipos tanggal 27 Februari 2015.
- Maret: Adaptasi buku ke film atau film ke buku, misalnya The Fault in Our Stars, Supernova, dll, dipos tanggal 31 Maret 2015.
- April: Buku yang sudah diterbitkan yang sebelumnya dipos online (wattpad, blog, forum, dll), misalnya Coup(L)ove Rhein Fathia, Kambing Jantan Raditya Dika, dll., dipos tanggal 30 April 2015.
- Mei: Buku bertema Hak Asasi Manusia dan kritik sosial, misalnya I am Malala, Kumpulan Puisi Wiji Thukul, A Time to Kill John Grisham, dll., dipos tanggal 29 Mei 2015.
- Juni: Budaya dan setting Indonesia, misalnya Laskar Pelangi Andrea Hirata, Lampau Sandi Firly, dll., dipos tanggal 30 Juni 2015.
- Juli: Kenakalan anak-anak, misalnya serial Malory Towers Enyd Blyton, serial Anak-anak Mamak Tere Liye, dll., dipos tanggal 31 Juli 2015.
- Agustus: Seputar Perang Dunia I dan II, misalnya Code Name Verity Elizabeth Wein, A Farewell to Arms Ernest Hemingway, dll., dipos tanggal 28 Agustus 2015.
- September: Sastra Eropa, misalnya buku-buku Jane Austen, Leo Tolstoy, dll., dipos tanggal 30 September 2015.
- Oktober: Horror, misalnya buku-buku Eve Shi, R.L. Stines, dll., dipos tanggal 30 Oktober 2015.
- November: Detektif / Thriller / Misteri, misalnya Gone Girl Gillian Flynn, Da Vinci Code Dan Brown, Agatha Christie, dll., dipos tanggal 27 November 2015.
- Desember: Baca bareng 1 judul, ditentukan kemudian, dipos tanggal 28 Desember 2015.
2. Membuat Tulisan Berseri
di Blog
Ini sudah direncanakan dari akhir tahun kemarin, tetapi
sampai sekarang masih galau menentukan tema yang dipilih. Sudah ada beberapa
“kandidat” tapi masih ditimbang-timbang lagi. Semoga bisa berjalan dan bertahan
sampai selesai. Amiiin.
3. Belajar Menjahit
Ahhaayy. Sudah mantep banget tahun ini pengen serius belajar
menjahit. Sebenarnya, sudah bisa menjahit sih, tapi masih sedikiiiiiit. Kalau harus
menjahit pakaian, saya masih galau to the
max karena tidak bisa membuat pola. Bisanya membongkar pakaian yang sudah
jadi, kemudian ditiru, dan dijahit semampunya. Hehe. Karena itu, tahun ini mau
lebih serius belajar menjahit.
Akan dimulai dengan kursus menjahit. Hhhmmm, pengennya sih
tahap awal adalah kursus membuat pola pakaian yang saya benar-benar buta. Sekarang
ini saya baru pilih-pilih tempat kursus yang tempat dan waktunya memungkinkan.
Beberapa teman menyarankan masuk LPK sekalian, tetapi jelas waktunya tidak
memungkinkan karena jadwalnya pasti tidak fleksibel. Karena itu saya masih
mencari-cari modiste atau penjahit yang juga membuka kursus menjahit tanpa
harus masuk kelas. Yang seperti itu sepertinya waktu belajarnya lebih
fleksibel. Semoga.
Jadi, sebenarnya tema tahun ini adalah "lebih menikmati" apa yang disukai—membaca, menulis, menjahit. Semoga tetap menginspirasi. Semangaat.
Label:
happy reading
,
happy writing
,
membaca
,
menjahit
,
menulis
Rabu, 07 Januari 2015
Pasar Freelance Online, Apa Saja Keuntungannya?
Dunia kerja sangat dinamis. Pilihan
jenis pekerjaan dan tempat kerja menjadi semakin beragam. Kita lebih leluasa
memilah dan memilih pekerjaan. Jika jeli, hal ini membuka banyak sekali
kesempatan dan pilihan, apalagi didukung dengan koneksi internet yang semakin
mudah dan semakin murah.
Bekerja freelance kemudian menjadi
alternatif yang banyak dilirik karena seorang freelancer bebas menentukan kapan kita harus bekerja, berapa lama
kita bekerja, dan dalam banyak kasus, bahkan seberapa besar kita ingin dibayar.
Job yang bisa “dikejar” pun sangat bervariasi. Kini pasar online menjadi
incaran bagi insan-insan kreatif yang enggan terjebak rutinitas bekerja “9 to
5”.
Pasar online (online marketplace) yang banyak diserbu freelancer adalah oDesk
dan Elance—pasar online kelas internasional. Di Indonesia kini ada Projects. Di
sanalah para pencari kerja (freelancer/worker)
dan para pemilik proyek (klien) kerja bertemu.
Di pasar online, para pemilik proyek
memasang proyek (pekerjaan) beserta budget
yang mereka miliki dan deadline pengerjaan
proyek. Para freelancer akan menawar
proyek tersebut. Freelancer juga
perlu membuat portofolio yang bisa dilihat oleh klien supaya mereka bisa
melihat kapasitas dan kesesuaian freelancer
dengan proyek mereka.
Satu proyek biasanya di-bid (ditawar) oleh banyak freelancer. Di sinilah tantangannya.
Oleh karena itulah portofolio sangat penting. Dan ketika seorang freelancer bisa memenangkan sebuah
proyek, hal itu akan tercatat dalam profilnya. Ini bisa menambah nilai plus
ketika ia mem-bid proyek selanjutnya.
Lalu, apa saja keuntungan menjadi freelancer di pasar online?
1.
Leluasa Memilih Job
Di pasar online, ada banyak sekali
klien yang memasang proyek atau job yang bisa di-bid. Setiap proyek yang di-publish
biasanya disertai dengan detail pekerjaan, budget maksimal, dan juga track record klien. Kita tinggal pilih
dan pilah yang sesuai dengan keterampilan, fee yang kita harapkan, tenggat
waktu yang memungkinkan, dan juga track
record klien yang sesuai dengan standar kita.
2.
Iklim Kerja Lebih Fair
Seperti halnya seorang worker tentu memilih klien yang bisa
dipercaya, klien pun akan memilih worker yang
mumpuni dalam bidangnya. Ini akan memicu para worker (freelancer) untuk membuat portofolio yang semakin memikat
dan juga menambah keterampilan yang dibutuhkan. Klien biasanya membuat feed back untuk worker yang pernah bekerja dengannya. Ini juga memicu worker untuk bekerja sebaik-baiknya dan
tepat waktu supaya mendapatkan feed back yang
baik dari klien. Ini sangat berpengaruh pada track record-nya di pasar online yang dia masuki.
3.
Hemat Biaya
Tidak perlu biaya transpor untuk pergi
ke lokasi kerja karena semua dikerjakan secara online adalah keunggulan besar
pekerjaan seorang freelancer. Ini
juga keuntungan pagi klien karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
rekruitmen pekerja profesional, juga tidak perlu menyiapkan tempat dan
fasilitas lainnya bagi pekerjanya. Mereka tinggal pasang proyek di pasar online
dan tinggal pilih freelancer profesional
yang sesuai dengan standar mereka.
4.
Dikelola oleh Sistem Profesional
Setiap transaksi kerja dan transaksi
pembayaran di pasar global atau pasar online dikelola dan diatur oleh sistem
yang sudah matang dan profesional. Kita tidak perlu susah-susah menagih
pembayaran kepada klien karena sudah ada sistem dan aturan yang mengaturnya.
Pasar global tidak hanya mencatat track
record pekerjanya, tetapi juga track
record para klien pemasang proyek. Klien tentu tidak ingin track record-nya di pasar online buruk
karena itu akan menghambatnya dalam pemasangan proyek berikutnya.
5.
Penghasilan Sampingan
Seorang freelancer yang bersungguh-sungguh dalam bidangnya bisa mendapatkan
manfaat lebih dari pekerjaannya di pasar online. Misalnya, ia bisa menuliskan
dan membukukan setiap detail pengalamannya bekerja di pasar online dan
menjualnya sebagai e-book. Kini pasar
online juga ada yang menawarkan fitur penjualan produk digital. Ia bisa
memanfaatkan itu untuk memasarkan e-book.
Keuntungan lain, ia juga bisa menjadi afilliate
marketer pasar online tersebut di blog pribadinya (jika ia punya blog).
Dengan begitu ia bisa mendapatkan tambahan penghasilan dari setiap worker dan klien yang bergabung dari link-nya.
Menarik, kan?
Label:
Elance
,
freelance
,
marketplace
,
oDesk
,
online marketplace
,
pasar online
,
Projects
Langganan:
Postingan
(
Atom
)