Selasa, 09 September 2014

Perjalanan #3 — In the Middle of Nowhere





Bepergian atau menempuh rute baru hanya berbekal GPS itu rasanya ngeri-ngeri sedap. Berdebar-debar.

Ngerinya adalah kalau pas melewati jalur yang sepi penduduk, hari menjelang malam, dan sinyal kembang kempis. Menegangkan.

Sedapnya adalah pemandangan alam yang amajing jika kita lewat rute-rute tertentu, benar-benar menyegarkan mata. Atau, bertemu manusia-manusia yang meneduhkan hati. Atau, bisa foto-foto selfie sepuasnya. Hehe.

Masalahnya adalah jika kita tidak percaya pada petunjuk yang disediakan. Ketika GPS menunjukkan jalan yang kelihatannya tidak masuk akal—jembatan kayu goyang, jalan “kerbau”, jalan setapak—keraguan seketika muncul. Masa sih jalan seperti itu yang disodorkan kepada kita. Benar-benar tidak percaya, padahal kita tinggal ikuti tanda panah. Belok, ikut belok. Padahal lagi, begitu mencermati kembali G-Map secara keseluruhan, ternyata itu benar-benar rute alternatif terpendek. Semua itu disediakan supaya perjalanan menjadi lebih cepat dan efektif. 

Petunjuk dan kemudahan ada, tetapi rasa tidak percaya membaca itu justru sebagai masalah. Khawatir dan tidak percaya, sangat manusia. Menganggap bahwa petunjuk-petunjuk tak masuk akal itu sebagai tanda tanya besar.

Padahal ada pertanyaan yang jauh lebih besar: bagaimana jika tidak ada petunjuk sama sekali?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar