Jumat, 31 Juli 2015

Berfokus pada Kesenangan Sederhana


#manusia yang terbuat dari semangat
Suatu malam ketika terbangun tengah malam, saya “dipertemukan” dengan film menarik yang dibintangi oleh Morgan Freeman. Judulnya Feast of Love. Rasanya tidak ada film Morgan Freeman yang tidak menarik perhatian saya. Saya suka kharisma dan ketenangannya. 

Eh, cukup, kembali ke topik.

Film yang diangkat dari novel yang berjudul sama ini sebenarnya bukan film drama cinta ringan, memiliki banyak alur yang membuat film ini terkesan berat, tetapi sebenarnya menyampaikan pesan tentang berbagai hal dalam kehidupan, mulai dari cinta itu sendiri, hingga kesedihan dan kepedihan. 

Hal menarik yang saya dapatkan usai menonton film itu adalah bahwa untuk bisa menikmati kehidupan dan segala warnanya (cinta dan kesedihan termasuk di dalamnya), serta menarik sebanyak-banyaknya nikmat dan hikmat darinya, ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu kita perlu berfokus pada kesenangan yang sederhana.

Dalam pemahaman saya, berfokus pada kesenangan sederhana bisa didaratkan dalam banyak sisi di kehidupan kita; dalam kehidupan pribadi, keluara, atau juga pekerjaan kita. Menikmati teh di teras bersama anak atau pasangan bisa sangat menyenangkan. Bukan berarti minum teh di kafe tidak menyenangkan, bisa sangat menyenangkan. Maksud saya adalah kesenangan-kesenangan sederhana sebenarnya tidak pernah jauh dari kita. 

Contohnya, saya. Saya bukanlah seorang yang suka memiliki hewan peliharaan di rumah. Dan rezeki saya, saya punya suami dan anak yang cinta sekali dengan binatang. Pernah suatu kali saat sedang berjalan-jalan, mereka melihat ada orang membuang anak kucing di jalan. Mereka langsung ambil kucing dan dibawa pulang ke rumah untuk dipelihara. Bahkan mereka sampai memberi nama pada kucing itu. Belang namanya. Padahal tahukah Anda, kucing adalah satu-satunya hewan yang membuat saya ngeri. Sungguh. Saya bisa kontan naik ke kursi hanya gara-gara kaki saya tersentuh kucing. Bisa Anda bayangkan perasaan saya ketika kemudian saya harus punya kucing di rumah?

Namun, hari ini kondisinya berubah. Dari hari ke hari, saya melihat cinta anak dan suami saya kepada kucing itu, dan ternyata itu menular. Prosesnya panjang dan tidak mudah. Namun, ketika saya melihat anak saya begitu menikmati kesenangannya bermain dengan kucing itu, diam-diam saya ternyata juga menikmatinya.

Ketika saya tidak berfokus pada ketidaksukaan saya, dan beralih berfokus pada kesenangan sederhana yang saya saksikan di mata anak saya, itu mengubah banyak hal dan saya mendapatkan lebih banyak hal.

Dan tebak, ketika tahu ibunya sekarang sudah bisa mencintai Belang, anak saya sekarang memelihara ikan koi dan ikan cupang. Daaan, suami saya berencana menambah lagi teman untuk dua anjing yang sekarang sudah ada di rumah. Olalaaa ….

Tidak ada komentar :

Posting Komentar