Senin, 05 September 2016

Apa Keinginan Terbesar dalam Hidupmu?

#manusia.yang.terbuat.dari.semangat

Sebenarnya ini adalah tulisan edisi ulang tahun yang belum [sempat] di-posting. Mungkin judulnya terlalu terkesan mellow dan menye-menye ya? Supaya tidak terlalu begitu, mari kita mengingat kembali sebuah dongeng legendaris, Aladin dan Lampu Ajaib. Jreng ... Jreeeng.  

Hati-hati dengan Keinginanmu
Di sebuah desa di dekat istana, tinggallah Aladin dan Abu, monyetnya. Mimpi besar Aladin adalah "Suatu hari nanti, kita akan tinggal di istana." Suatu hari ia bertemu dan melindungi Putri Jasmine yang melarikan diri dari istana karena menolak dinikahkan dengan pangeran. Namun, pasukan kerajaan menangkapnya dan menjebloskannya ke penjara istana.

Di penjara, Aladin bertemu dengan seorang tua yang membantunya melarikan diri. Ia membawa Aladin dan Abu ke Gua Keajaiban. Ia ingin Aladin masuk dan mengambil lampu ajaib. Masuklah Aladin dan menemukan bukan hanya lampu ajaib, melainkan juga karpet ajaib. Tiba-tiba gua bergemuruh dan permukaanya berubah menjadi lahar panas. Orang tua itu tidak mau menolong mereka, malah meminta Aladin melemparkan lampu ajaib itu keluar gua.

Orang tua itu ternyata penjelmaan Jafar, orang jahat yang ingin merebut istana. Jafar yang marah menutup permukaan gua. Sementara, Aladin yang panik tanpa sengaja menggosok lampu ajaib, dan olala .... 



Sisa ceritanya kita tahu. Aladin menggunakan permintaan pertamanya untuk menyelamatkan mereka dari gua. Sayangnya, kemudian Jafar mencuri lampu ajaib. Jafar segera mengucapkan keinginannya, "Aku ingin menjadi jin yang sangat kuat." Dan Jafar pun berubah menjadi jin. Aladin segera menggosok lampu ajaib dan Jafar terkurung di dalamnya.

Poin to ponder: hati-hati dengan keinginanmu, kisahmu bisa berakhir bahagia seperti Aladin atau berakhir menyedihkan seperti Jafar. Hehehehehe. *nuding.diri.sendiri*

***


Setiap kali ulang tahun, biasanya orang meniup lilin ultah sambil make a wish. Setiap kali ulang tahun, saya juga suka mengingat-ingat apa keinginan saya yang sudah terwujud dan apa yang belum, bahkan mengingat kembali apa keinginan terbesar dalam hidup saya.

Tahun ini entah kenapa saya ingin melakukan hal yang sedikit berbeda. Alih-alih mengingat-ingat keinginan terbesar dalam hidup saya, saya menanyakan kepada orang-orang dekat saya, apa keinginan terbesar dalam hidupmu? 

Beberapa waktu kemarin, saya sengaja mengkhususkan waktu dan "mencuri waktu" mereka untuk menanyakan hal ini. Saya tanyai mereka satu per satu, mengobrol "dari hati ke hati". Saya mendapati diri saya sendiri tersenyum. Ternyata menyenangkan mendengar mereka membagi mimpi dan keinginan mereka. Mungkin lebih menyenangkan jika saya menjadi bagian dari mimpi mereka, atau saya bisa berbuat sesuatu dengan mimpi mereka. Hehe.

Memiliki keluarga yang diberkati dan memberkati, memiliki usaha yang diberkati, membahagiakan orangtua, menginginkan yang terbaik untuk orang-orang yang dikasihi, punya rumah dan keluarga kecil, menikmati hidup dengan badan sehat. Demikian secuil keinginan mereka.

Keinginan atau mimpi adalah sebuah tujuan yang menggerakkan. Ketika keinginan kita kuat, segala daya, upaya, potensi akan dikerahkan untuk menuju ke sana. Dan yang membuat saya terharu dengan mereka adalah mereka melibatkan Yang Mahakuasa dalam keinginan terbesar dalam hidup mereka: terus mengandalkan Dia dan menjalani hidup seperti yang Dia kehendaki. 


The Bucket List
Film Morgan Freeman yang sampai saat ini masih membekas bagi saya adalah The Bucket List. Bucket List adalah daftar hal-hal yang ingin dilakukan sebelum ajal menjelang. Film yang diperankan oleh dua "kakek" ini benar-benar dipenuhi narasi yang menyita perhatian.

Dua kakek dengan latar belakang sosial yang sangat berbeda ini disatukan di rumah sakit tempat mereka dirawat. Memperlihatkan hal yang sangat klasik, bahwa bagaimanapun kondisi hidup kita, kita bisa memiliki keinginan-keinginan yang ingin kita capai bahkan di saat-saat akhir hidup.

Apakah semua hal dalam daftar keinginan mereka tercapai? Ya. Apakah itu yang membuat mereka bahagia hingga ajal akhirnya menjemput mereka. Dalam pemahaman saya, bukan. Apa yang mereka alami, apa yang mereka jumpai dalam upaya mereka mewujudkan keinginan mereka itulah yang membukakan pengertian yang sangat berarti tentang pencarian mereka selama ini. Tonton saja filmnya, pasti Anda tahu maksud saya. hehehe.  

***

Membuat [meminta] keinginan terwujud tidak semudah Nobita meminta Doraemon merogoh kantong ajaibnya, atau segampang Jinny menjentikkan jari, atau segampang Aladin menggosok lampu ajaib.

Ada keinginan-keinginan yang bisa kita kejar. Namun, ada keinginan-keinginan yang perlu kita lepaskan [meskipun berat] jika memang itu bukan bagian kita. Ikhlas dan tidak memaksakan diri. Bahagia dan bersyukur untuk hari ini.

Semangat.

4 komentar :