Kira-kira lima tahun belakangan, saya berlangganan idiom (berbahasa Inggris) melalui surel. Idiom adalah frasa atau gabungan kata yang membentuk arti baru yang biasanya tidak berhubungan dengan kata pembentuknya. Contohnya dalam bahasa Indonesia adalah kambing hitam (orang yang menjadi tempat pelimpahan kesalahan) dan jago merah (api dalam kebakaran).
Selama ini, idiom dikirimkan seminggu sekali, biasanya setiap Jumat. Yang saya suka, idiom tersebut tidak hanya dijelaskan maknanya, tetapi juga asal-usulnya; misalnya siapa yang mencetuskan pertama kali atau di buku apa disebutkan pertama kali. Tidak hanya menambah simpanan kosakata, tetapi juga menambah pengetahuan. Ini sangat bermanfaat, terutama jika kita sehari-harinya berkutat dengan penerjemahan dan penyuntingan. ^_^
Beberapa waktu lalu, kiriman sempat tidak datang teratur, bahkan sempat terhenti sesaat, tetapi sekarang sudah rutin kembali. Jika dikumpulkan sampai hari ini mungkin sudah lebih dari 200 idiom yang saya terima, ada yang baru (belum ada di kamus), ada juga yang lama. Sayang sekali saya belum bisa meluangkan waktu khusus untuk mengarsip semuanya. Hehehe (*alasan) :D
Awal bulan ini, bertepatan dengan minggu perayaan dua abad Charles Dickens, idiom atau frasa yang dikirimkan adalah yang “diciptakan” oleh Dickens. Tidaklah sulit menemukan “frasa yang Dickens banget” karena Dickens berada di peringkat enam dalam daftar “jumlah kata dalam bahasa Inggris yang diciptakan sendiri oleh seorang penulis”.
Kata tersebut adalah butterfingers.
Butterfingers
Butterfingers adalah ejekan bagi seseorang yang gagal menangkap bola atau sering tak sengaja menjatuhkan barang dari tangan mereka. (Di kamus Inggris-Indonesia karangan Peter Salim ada kata ini).
Charles Dickens menggunakan kata ini pertama kali pada tahun 1836, tidak persis sama karena Dickens menuliskannya dengan tanda hubung, butter-fingers. Kata ini terdapat dalam salah satu karya besarnya The Pickwick Papers (lebih tepatnya The Posthumous Papers of the Pickwick Club):
Setiapa kali gagal menangkap dan menghentikan bola, dia melontarkan ketidaksenangannya kepada si biang kekacauan dengan cacian seperti, ‘Ah, ah!-Stupid’ – ‘Now, butter-fingers’ – ‘Muff’ – ‘Humbug’ – dan sebagainya.
Meskipun sejumlah pakar meyakini kata ini “ditemukan” oleh Dickens, ternyata kata ini sudah pernah disebut sebelumnya, yaitu di koran The Leeds Intelegencer dari Yorkshire yang terbit pada Mei 1823 (lebih awal dari Pickwick). Namun, setelah diteliti, ternyata kata ini juga dikutip dari buku langka yang ditulis oleh Gervase Markham pada 1615. Ia menyebut kata ini (tidak persis) ketika menjabarkan tentang resep menjadi ibu rumah tangga yang baik:
“Pertama, dia harus bersih tubuh dan pakaiannya; dia harus memiliki mata yang jeli, penciuman yang tajam, selera tinggi, dan telinga yang peka; dia tidak boleh ‘bertangan licin’ (butter-fingered), gemar makan yang manis-manis …."
Sampai sekarang kata butterfingers masih digunakan, kebanyakan dalam bidang olahraga untuk mengejek seseorang yang gagal menangkap bola. Tapi ada juga grup musik dan judul film yang memakai kata ini. Bahkan, Nestle memakai butterfinger (tanpa “s”) sebagai nama serangkaian produknya (saya baru tahu), mulai dari permen, cokelat, snack, dan sebagainya. Saya belum pernah mencicipi, tapi melihat gambar-gambarnya sepertinya semua produk Nestle yang memakai nama butterfinger ini berbalut cokelat. Mungkin karena licin di tangan, makanya diberi nama butterfinger. Hehehe.
(Jadi lapar … :D)
*Urusan terjemahan dibantu oleh : Leo Sabath .... ^_^
*Urusan terjemahan dibantu oleh : Leo Sabath .... ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar