Kamis, 16 Oktober 2014

90 Days Project




Kira-kira akhir September kemarin, seorang teman membagikan postingan yang sangat menarik dari medium tentang “there are 100 days left in 2014”. Leni, terima kasih sudah berbagi. Dalam tulisan itu penulis mengundang kita untuk melakukan sesuatu sebelum 2014 berakhir, there are 100 days left in 2014. What will you do with them? 

Penerapannya bisa sangat bervariasi. Contohnya, postingan di fearbuster tentang “100 Days of Rejection”. Dia membuat 100 permintaan yang dia tahu bakal ditolak. Wiiihhh. Sebuah cara pendewasaan diri yang unik.

Teman saya Leni sudah memulai 100 Days Project-nya. Dan saya memulai proyek 90 Days Project. Pengennya membuat 100 Days Project, tapi 2014 hanya tinggal 3 bulan saja. Hehe.

Proyek ini sebenarnya sudah dimulai sejak awal bulan ini (Oktober), tapi baru sempat posting sekarang. *alasan* hehe. Idenya sederhana, its about enjoying the new little things. Melakukan hal-hal baru dan sederhana yang belum pernah dilakukan atau yang sudah lama tidak lagi dilakukan. 

Mengapa tergerak ikut membuat proyek akhir tahun? Belajar dari sebuah perjalanan (setidaknya perjalanan saya), perjalanan pulang biasanya lebih diwarnai dengan tidur kelelahan dan melewatkan pemandangan dari sisi lain kendaraan. Pun, mengakhiri tahun biasanya saya lebih banyak santai, sibuk melihat ke belakang, dan berhitung, sering abai bahwa masih ada beberapa hari sampai akhir tahun yang sama berharganya dengan hari-hari lain yang sudah berlalu. Juga supaya saya belajar bagaimana memiliki semangat yang sama besarnya dengan ketika memulai tahun ini. Dan yang terpenting adalah menikmati prosesnya. 

Mengapa “enjoying the new little things? Mencurahkan perhatian pada hal-hal kecil yang tidak mendesak (dan tidak masalah jika tidak dilakukan, apalagi tidak bersentuhan langsung dengan kehidupan pribadi kita) perlu tekad kuat. Saya yakin ada hal besar yang dibawa bersamanya. Musti dicoba.

Isinya apa saja? Detailnya tentu saja belum tahu karena berusaha mengalir aja. Tapi garis besarnya adalah dekat dengan keseharian. Saya mungkin akan menandainya dengan hashtag tertentu, misalnya:
#mengenal_lebih_dekat
#kuliner
#perjalanan
#keluarga
#friendzone
#buku
#lagu
#skill
#be_wise

Mengapa ada deadline-nya? Mungkin ini adalah efek dari terlalu seringnya bekerja dengan tenggat waktu dan target. #ups. Sebenarnya bukan semata-mata itu. Belajar dari pengalaman, deadline dan target membuat saya lebih fokus, lebih mudah menepis godaan yang membuat saya keluar dari target. Namun, pembelajaran besarnya, di atas semua itu, adalah menepati janji kepada diri sendiri. 

Sanggupkah? Hopefully, yes!
Mazel tov! *tepuk_pundak_sendiri*

Tidak ada komentar :

Posting Komentar