Kira-kira akhir September kemarin, seorang teman membagikan postingan yang sangat menarik dari medium tentang “there are 100 days left in 2014”. Leni, terima kasih sudah berbagi. Dalam tulisan itu penulis mengundang kita untuk melakukan sesuatu sebelum 2014 berakhir, there are 100 days left in 2014. What will you do with them?
Penerapannya bisa sangat bervariasi. Contohnya, postingan di
fearbuster tentang “100 Days of Rejection”. Dia membuat 100 permintaan yang dia tahu bakal ditolak. Wiiihhh.
Sebuah cara pendewasaan diri yang unik.
Teman saya Leni sudah memulai 100 Days Project-nya. Dan saya
memulai proyek 90 Days Project. Pengennya
membuat 100 Days Project, tapi 2014 hanya tinggal 3 bulan saja. Hehe.
Proyek ini sebenarnya sudah dimulai sejak awal bulan ini
(Oktober), tapi baru sempat posting sekarang. *alasan* hehe. Idenya sederhana, its about enjoying the new little things.
Melakukan hal-hal baru dan sederhana yang belum pernah dilakukan atau yang
sudah lama tidak lagi dilakukan.
Mengapa tergerak ikut
membuat proyek akhir tahun? Belajar dari sebuah perjalanan (setidaknya
perjalanan saya), perjalanan pulang biasanya lebih diwarnai dengan tidur
kelelahan dan melewatkan pemandangan dari sisi lain kendaraan. Pun, mengakhiri
tahun biasanya saya lebih banyak santai, sibuk melihat ke belakang, dan
berhitung, sering abai bahwa masih ada beberapa hari sampai akhir tahun yang
sama berharganya dengan hari-hari lain yang sudah berlalu. Juga supaya saya
belajar bagaimana memiliki semangat yang sama besarnya dengan ketika memulai
tahun ini. Dan yang terpenting adalah menikmati prosesnya.
Mengapa “enjoying the new little things? Mencurahkan
perhatian pada hal-hal kecil yang tidak mendesak (dan tidak masalah jika tidak
dilakukan, apalagi tidak bersentuhan langsung dengan kehidupan pribadi kita) perlu
tekad kuat. Saya yakin ada hal besar yang dibawa bersamanya. Musti dicoba.
Isinya apa saja? Detailnya tentu saja belum tahu karena
berusaha mengalir aja. Tapi garis besarnya adalah dekat dengan keseharian. Saya
mungkin akan menandainya dengan hashtag tertentu, misalnya:
#mengenal_lebih_dekat
#kuliner
#perjalanan
#keluarga
#friendzone
#buku
#lagu
#skill
#be_wise
Mengapa ada deadline-nya? Mungkin ini adalah
efek dari terlalu seringnya bekerja dengan tenggat waktu dan target. #ups.
Sebenarnya bukan semata-mata itu. Belajar dari pengalaman, deadline dan target membuat saya lebih fokus, lebih mudah menepis
godaan yang membuat saya keluar dari target. Namun, pembelajaran besarnya, di
atas semua itu, adalah menepati janji kepada diri sendiri.
Sanggupkah? Hopefully, yes!
Mazel tov! *tepuk_pundak_sendiri*
Tidak ada komentar :
Posting Komentar