Beberapa hari lalu di Soundcloud nemu cover "Tembang Alit". Tembang alit adalah karya pertama yang pernah ditulis oleh Jaya Suprana dalam notasi musik. Ada beberapa cover, tapi ada dua yang saya suka.
Tembang ini seketika melayangkan ingatan pada tembang-tembang Jawa yang dulu sering saya dengar dari guru Kesenian, Simbah, (dan ibu, kadang-kadang).
Meskipun tidak tahu banyak, dan sering kali tidak hapal liriknya, tembang Jawa selalu mengusung suasana magis yang adem di hati. Musiknya seperti menyedot perhatian, tidak bisa tidak menyimak. Betapa tidak, bukan hanya olah bunyinya yang indah, isinya pun sarat pembelajaran kehidupan—perjalanan hidup manusia, kepemimpinan, bahkan politik.
***
*Sambil mengingat-ingat pelajaran bahasa daerah zaman sekolah*
Dalam musik Jawa, tembang alit yang menjadi judul tulisan ini dan karya Jaya Suprana di atas termasuk dalam Macapat, di samping tembang Ageng dan tembang Tengahan.
Ada banyak versi pemaknaan tembang Macapat, tetapi ada satu yang saya ingat, yaitu Macapat artinya maca sipat, membaca sifat. Tembang-tembang Macapat adalah rangkuman proses perjalanan hidup manusia dari lahir hingga mati. Jadi, tembang Macapat bukan sekadar lagu atau nyanyian yang indah didengar, tetapi juga sarat nilai-nilai luhur yang menjadi pengingat akan setiap proses yang harus dilalui oleh setiap insan.
1. Maskumambang — keberadaan manusia ketika masih berada di dalam rahim ibu
2. Mijil — artinya lahir
3. Kinanthi —manusia memerlukan kanthi (tuntunan) dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita
4. Sinom — sinom, isih enom, masa muda yang indah dan penuh harapan, yang masih sering salah arah dan langkah
5. Dhandanggula — remaja beranjak dewasa yang selalu ingin mengecap dunia, tidak peduli orangtua. Jiwa muda yang mudah tergoda
6. Asmaradana — masa-masa manusia jatuh cinta
7. Gambuh — jumbuh/bersatu, membina rumah tangga
8. Durma — manusia harus meningkatkan kepekaan sosial, berempati pada orang lain, dan bersyukur kepada Tuhan
9. Pangkur — menyingkirkan hawa nafsu dan sifat-sifat negatif
10. Megatruh — megatruh, megat roh, terputusnya nyawa dari badan
11. Pocung — bahwa manusia akan mati
12. Wirangrong — wirangrong, sak wirange mlebu rong, semua perbuatan manusia ikut dikuburkan. Karena itu semasa hidup, manusia diingatkan untuk tetap menjaga kasing sayang kepada sesama.
Pitutur yang keren, ya?
Dalam musik Jawa, tembang alit yang menjadi judul tulisan ini dan karya Jaya Suprana di atas termasuk dalam Macapat, di samping tembang Ageng dan tembang Tengahan.
Ada banyak versi pemaknaan tembang Macapat, tetapi ada satu yang saya ingat, yaitu Macapat artinya maca sipat, membaca sifat. Tembang-tembang Macapat adalah rangkuman proses perjalanan hidup manusia dari lahir hingga mati. Jadi, tembang Macapat bukan sekadar lagu atau nyanyian yang indah didengar, tetapi juga sarat nilai-nilai luhur yang menjadi pengingat akan setiap proses yang harus dilalui oleh setiap insan.
1. Maskumambang — keberadaan manusia ketika masih berada di dalam rahim ibu
2. Mijil — artinya lahir
3. Kinanthi —manusia memerlukan kanthi (tuntunan) dalam menjalani hidup dan meraih cita-cita
4. Sinom — sinom, isih enom, masa muda yang indah dan penuh harapan, yang masih sering salah arah dan langkah
5. Dhandanggula — remaja beranjak dewasa yang selalu ingin mengecap dunia, tidak peduli orangtua. Jiwa muda yang mudah tergoda
6. Asmaradana — masa-masa manusia jatuh cinta
7. Gambuh — jumbuh/bersatu, membina rumah tangga
8. Durma — manusia harus meningkatkan kepekaan sosial, berempati pada orang lain, dan bersyukur kepada Tuhan
9. Pangkur — menyingkirkan hawa nafsu dan sifat-sifat negatif
10. Megatruh — megatruh, megat roh, terputusnya nyawa dari badan
11. Pocung — bahwa manusia akan mati
12. Wirangrong — wirangrong, sak wirange mlebu rong, semua perbuatan manusia ikut dikuburkan. Karena itu semasa hidup, manusia diingatkan untuk tetap menjaga kasing sayang kepada sesama.
Pitutur yang keren, ya?
***
Wahhh tq yah kakak..
BalasHapusSekarang aku sudah bisa.. hihi
Haloo, seneng bisa berbagi.
HapusMau dong link-nya? hehe