Kamis, 30 Oktober 2014

90 Days Project — Memakai Baju-baju Lama

#be_wise

Memakai baju-baju lama? Sebenarnya mungkin nggak begitu penting ya, tetapi ada efek bagusnya. Saya kemudian jadi meluangkan waktu untuk beres-beres lemari pakaian. Ternyata banyak baju lamaaaa yang masih bagus dan bisa dipakai. Masih muat lagi (ini yang terpenting hehe).

Efek bagus lainnya adalah serasa punya beberapa baju baru dalam sekali waktu. Lumayan, bisa untuk menekan keinginan beli baju baru. Ngirit ^_^

Lesson Learned: merawat dengan baik baju-baju yang sekarang dimiliki. Siapa tahu beberapa tahun lagi masih muat dan masih bisa dipakai, biar serasa menemukan baju baru lagi. Atau, siapa tahu nanti kalau sudah pintar menjahit, baju-baju lama itu bisa dimodif menjadi baju baru atau barang baru. Atauuuu, bisa dikumpulkan untuk membuka butik baju second seperti di awul-awul gitu. *hallah

Rabu, 29 Oktober 2014

90 Days Project — Menemani Nonton Tayangan Favorit


#mengenal_lebih_dekat

Menonton tayangan yang tidak kita sukai bisa jadi tidak mudah. Namun, sesekali itu perlu dicoba, siapa tahu itu justru membawa pengalaman baru, memberi tahu sudut pandang yang baru, dan pengetahuan baru.

Ada satu tayangan televisi yang sering sekali ditonton oleh ibu, tetapi tidak pernah saya tonton, yaitu Mamamia—reality show lomba bernyanyi yang melibatkan ibu dan anak. Anaknya menyanyi, sedangkan ibunya menjadi manajer.

 

Matanya selalu berbinar-binar ketika melihat seorang peserta Mamamia menyanyi dan ibunya menunggu di pinggir panggung sambil ikut bernyanyi dan berjoget. Sepertinya acara itu sangat berkesan untuk ibu. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut nonton. 

Bagus acaranya? Saya melontarkan pertanyaan waktu menemaninya nonton.
Hu um, jawabnya singkat, matanya tak teralihkan.

Sekali nonton rasanya belum mendapatkan apa-apa. Beberapa kali nonton, saya mulai membaca banyak hal baru. Daaaan, sekarang saya punya peserta favorit. Namanya Billy. Diasuh penuh cinta oleh “dua ibu” sepertinya membuat Billy tumbuh menjadi gadis yang penyayang dan loveable. Kalau nggak percaya, nonton saja acaranya. Hehehe. 

Balik lagi ke ibu yang begitu terkesan pada Mamamia, hhmm, jangan-jangan ibu punya keinginan terpendam, nih. Apalagi beberapa kali saya mendengar ibu berkata kepada anak saya, "Besok ikutan Mamamia ya, Dik."

Nah lhooo. Saya jadi berpikir-pikir, kalau waktu saya kecil dulu sudah ada acara Mamamia, ibu pasti sudah mendaftarkan adik saya dan saya untuk ikut acara itu. Jika itu sungguh-sungguh terjadi, kemungkinan besar hari ini saya tidak akan punya blog ini, tidak akan menulis ini, tidak akan menjadi editor, karena mungkin hari ini saya sudah sibuk menjadi penyanyi dan atau pemain sinetron. *beeeuuuhhh* 
 

Selasa, 28 Oktober 2014

90 Days Project — Jamur Tiram Krispi

#makanan

Jamur tiram goreng krispi pernah menjadi makanan favorit di rumah. Sering banget saya masak ini. Sampai kemudian lidah orang serumah sudah terlalu terbiasa karena terlalu sering terpapar makanan ini. *hadeh istilahnya*

Sebenarnya saya cuma mau bilang kami sampai pada taraf bosan, hehe. Akhirnya stop masak jamur tiram goreng krispi. Drastis.

Minggu kemarin pas ke warung sama anak lanang dan dia lihat jamur tiram, dia langsung minta dimasakin jamur goreng. Nah lho. Sekian lama berpisah akhirnya bertemu kembali.

Jamur goreng krispi sebenarnya bisa untuk alternatif lauk sarapan karena memasaknya tidak ribet.


Bahan:

- jamur tiram 1-2 bungkus, pilih yang masih segar (tidak lembek)
- minyak goreng
- tepung.
Sebenarnya kalau mau praktis, tepung bumbu bisa menjadi alternatif, tetapi biasanya tepung bumbu ada MSG-nya dan sebisa mungkin saya menghindarinya. Tapi sekarang ada tepung bumbu tanpa MSG, cuma kelihatannya belum banyak dijumpai di supermarket atau warung.
Alternatif lain adalah menggunakan tepung terigu dan tepung beras (1:1) atau sesuai selera. Campurkan dengan lada bubuk, garam halus, dan bawang putih bubuk. Masukkan ke stoples dan kocok-kocok sampai tercampur.

Cara memasak:
1. Cuci bersih jamur tiram dan peras airnya, kemudian suwir-suwir.
2. Masukkan jamur tiram yang sudah disuwir-suwir ke dalam stoples berisi tepung. Kocok-kocok sampai semua suwiran jamur terbalut tepung.
3. Buka stoples, dan pisahkan jamur dengan tepungnya. (Oya, kalau tepungnya sisa, bisa disisihkan untuk membuat adonan mendoan. Ngirit, ya. Hehe)
4. Diamkan jamur tiram sebentar sampai tepung benar-benar menempel. Bisa juga memasukkannya ke dalam lemari es sebentar, katanya bisa menambah renyah.
5. Jamur tiram siap digoreng. Menurut acara memasak di TV, masakan akan lebih awet krispinya jika digoreng dua kali. Saya pernah mencobanya dan memang betul.

Jamur tiram goreng siap disantap bersama cocolan saus atau mayones.




Jumat, 24 Oktober 2014

90 Days Project — Garage Sale



#perjalanan

Garage sale di Balai Pamungkas. Biasanya tidak pernah tertarik dengan acara semacam itu. Sejalan pulang pun tidak pernah menyempatkan mampir. Gara-garanya udah pusing duluan membayangkan acara seperti itu pasti diserbu banyak orang. Mana bisa leluasa memilih. 

Karena 90 Days Project bertema sesuatu yang belum pernah dilakukan atau yang sudah lama tidak dilakukan, akhirnya memutuskan mampir untuk sekadar melihat-lihat. Wiiiihh … ternyata tidak se-crowded yang saya bayangkan. Mungkin saya saja yang terlalu parno, atau mungkin karena saya datang pas jam makan siang.

Ada banyak sekali booth yang bisa diserbu, dari fashion, tas, aksesori, sampai sepatu. Nyesellah saya datang dengan uang pas-pasan karena dress-nya bagus-baguuuus dan harganya lumayan miring. (Ya iyalah namanya juga garage sale). hehe

Yang belum ngintip ke sana, masih ada dua hari lagi. Selamat berburu. ^^






Kamis, 23 Oktober 2014

90 Days Project — Es Krim

#keluarga

Sudah lama anak lanang pengen bikin kreasinya sendiri dengan es krim, tetapi saya sering abai dengan keinginannya itu. Duh, maaf ya, Dik.

Akhirnya sore itu kami beli es krim yang besar. Eh, tepatnya, dia beli sendiri dengan uang sakunya yang dia sisihkan sedikit demi sedikit. Berbekal es krim, permen cha-cha, dan wafer roll, dia mulai usek sendiri, tidak mau dibantuin.

Dan .... tarraaa ....




Saya tersenyum melihat hasilnya. Bagi saya, itu es krim antah berantah, alias nggak jelas. Tapi anak lanang keukeuh bilang bahwa itu bentuk siput. Baiklah, mungkin dia pernah melihat siput dengan bentuk seperti itu entah kapan dan di mana.

Oke, fix, akhirnya kami namai es krim siput dari antah berantah. Saya mah yang penting enak dan enak banget. *teteeepp*

Begitu es krim habis, dia bilang, "Kapan-kapan beli lagi ya Mah, aku mau bikin yang lebih bagus."

Saya mengangguk. Sip, itulah pelajaran terbesarnya, Nak.

90 Days Project — Kereta Mini (bagian 2)

#perjalanan
Lanjutan dari "Merayakan Hari Pangan Sedunia"


Siap meluncur




Pulang dari "pesta" Hari Pangan, anak-anak melanjutkan perjalanan ke Gua Maria Marganingsih, Bayat. Masih dengan armada kereta mini, mereka tetap ceria meskipun hari sudah menjelang siang dan udara sangat panas.






Bermain "goyang banana"




Bahkan ketika kakak-kakak pendamping mengajak mereka ice breaking, mereka tetap penuh semangat dan antusias. Batere mereka fully charged  sepanjang hari. Saya yang beberapa kali tergoda mengeluh kepanasan jadi malu sendiri.






Ada sukacita tersendiri mendampingi mereka berziarah; berjarak dengan semua kesibukan sekolah, mengkhususkan waktu untuk berdoa, menimba kesegaran dan ketenangan batin.

Beruntungnya saya ada bersama mereka seharian itu.

Foto bersama sebelum pulang.

90 Days Project — Mengunjungi Kawan "Lama"

Saya mempunyai seorang kawan baik yang sudah sangat lama kami tidak saling ketemu, apalagi berkunjung ke rumahnya. Dulu waktu masih tinggal sekota saja saya jarang sekali main ke rumahnya, apalagi sekarang kami beda kota.

Awal Minggu kemarin, sepulang dari menghadiri resepsi seorang teman yang lain, saya (dan suami) sengaja menyempatkan "dolan" ke rumahnya, temu kangen dan sekalian mengobrol dengan ayah ibunya. Kami juga kenal baik dengan orangtuanya.

Hampir kesasar kami mencari rumahnya karena tampilan depannya sudah sangat berubah. Bagian depan rumahnya yang dulu tanah berbatu-batu sekarang sudah ditutup dengan konblok dan semen. Dari luar memang sangat terasa panasnya, tetapi begitu masuk ke rumah, tidak berubah. Masih seperti dulu. Ruangan dalam rumah sederhana itu memancarkan hawa sejuk seperti terakhir kali kami berkunjung. Pasti kami benar-benar sudah sangat lama tidak berkunjung sampai-sampai ibu pangling melihat saya. Hiks.

Dan masih seperti dulu juga, meja ruang tamu selalu ada makanan tradisional. Kemarin ada tahu goreng, mendut, pisang goreng. Duh apalagi ya kemarin. Saya sih langsung nyomot mendut karena sudah lama tidak berjumpa dengan makanan yang dibuat dari ketan dan diisi dengan kelapa parut manis itu. Kalau tidak habis njagong mungkin saya sudah habis 3. Hehehe.

Dan masih seperti dulu juga, ayah ibu sangat ramah dan akrab, membuat siapa pun yang datang merasa sangat diterima. Obrolan ngalor ngidul yang sederhana selalu berujung pada nasihat bijak laiknya orangtua kepada anak-anaknya, tentang keluarga, tentang pekerjaan, tentang orangtua dan anak, tentang jodoh, tentang kebahagiaan.

"Orang bisa saja punya 10 pesawat terbang. Silakan. Tapi saya tetap bahagia dengan ke mana-mana naik sepeda. Bahagia itu timbul dari hati kok." Begitu katanya, yang langsung diiyakan oleh istrinya. Ah, kompak sekali mereka. Anaknya yang duduk di sebelahnya manggut-manggut sambil senyum-senyum. Entah apa artinya. hehehe.

Obrolan masih berlanjut sampai menjelang sore. Kami "dipaksa" makan (lagiii?) dan tetap terasa nikmat, habis banyak lagi. Lele goreng, sambel goreng krecek, kerupuk udang, semangka, tahu goreng. Ya ampun, seharian itu entah saya makan berapa kali. Ah, gak papa, yang penting hari itu banyak ilmu. Kapan-kapan ke sana lagi ah. #weits


Rabu, 22 Oktober 2014

90 Days Project Update

90 Days Project adalah tentang melakukan hal-hal baru dan sederhana yang belum pernah dilakukan atau yang sudah lama tidak lagi dilakukan. 





90 Days Project — Merayakan Hari Pangan Sedunia


#perjalanan


Hari Minggu kemarin, 19 Oktober, sepanjang hari seru-seruan bareng anak-anak gereja, ada sekitar 20-an anak. 

Pagi-pagi, pukul setengah enam, mereka sudah berkumpul di tempat yang disepakati untuk pergi bersama ke gereja. Bukan gereja tempat kami beribadah, melainkan gereja di paroki (wilayah) lain yang jaraknya kira-kira 15-an kilometer. Mereka mendapat tugas paduan suara untuk Misa Kudus pukul 07.00, jadi harus berangkat sepagi mungkin supaya tidak terlambat. Dan tidak ada satu pun anak yang telat berkumpul. Hebat!

Dan, coba tebak kendaraan apa yang dipakai oleh mereka? Bukan mobil, bukan bus. Mereka naik kereta mini. Seru, kan? Biasanya naik kereta mini paling hanya seputaran alun-alun, atau keliling kampung. Tapi ini jaraknya lumayan jauh. Pantas saja kebanyakan dari mereka sudah sedia jaket dari rumah.

Armada kereta mini. Yang berpose di depan itu anak lanang. *siapa.yang.nanya?* hehe

Hari Pangan Sedunia di Gereja

Anak-anak hebat siap melayani.

Dalam rangka merayakan Hari Pangan Sedunia 16 Oktober, gereja tempat anak-anak itu bertugas ikut berpartisipasi dengan cara yang kreatif dan edukatif. Bunga-bunga dan dedaunan cantik yang minggu-minggu biasanya menghiasi altar digantikan dengan buah-buahan, sayur, dan berbagai hasil bumi.

Altar "kreatif"


Gunungan buah


Persembahan kasih umat pun terdiri dari berbagai hasil bumi yang dibuat beragam kreasi. Salah satunya gunungan.


Begitu Misa Kudus selesai, umat berkumpul di halaman gereja. Surprise untuk kami yang bukan anggota gereja tersebut, ternyata di halaman gereja sudah menjulang gunungan hasil bumi yang lebih besar, serta dua gunungan lain yang lebih kecil. 

Tidak hanya itu, ada juga ketela pohon berukuran jumbo dan buah-buah kelapa yang dirangkai dengan bambu, serta makanan-makanan lain yang ditempatkan dalam wadah cantik beralas daun.




Gunungan besar

Setelah Romo selesai memimpin doa dan memberikan berkat, umat “berpesta” dengan berebut isi gunungan. Semua ikut berebut. Yang mendapatkan banyak berbagi kepada yang lain. Kebersamaan yang sederhana, tapi sarat nilai.

Umat berpesta

Berkaitan dengan Hari Pangan Sedunia, gereja mencanangkan tema “Makanan Sehat, Keluarga Sehat”. Sebuah edukasi kreatif yang sangat bagus untuk membangun pemahaman dan kepedulian umat akan pentingnya penyediaan pangan yang cukup dan bergizi.

Salut!