Rabu, 30 Desember 2015

... what have u done ...


 
So this is Christmas
and what have you done
another year over
a new one just began ....

Saya suka penggalan lirik pembuka lagu Celine Dion, "Happy Christmas" di atas. Bukan cuma karena nuansa Natalnya yang kental. Mendengarkan lagu itu pada setiap akhir tahun begini membuat saya seperti diajak untuk benar-benar merenungkan hari-hari yang telah lewat pada tahun ini. Another year over .... what have I done.

Oleh karena itu, Desember menjadi semacam bulan deadline. Desember sering menjadi bulan "itung-itungan", melihat ke belakang dan menghitung pencapaian berbagai target yang sudah ditetapkan dari awal tahun; mengevaluasi berbagai rencana awal tahun, seberapa banyak yang berjalan baik dan seberapa banyak yang tidak. Ketika Desember mendekat dan ternyata ada rencana yang tidak berjalan dengan baik, padahal itu sesuatu yang penting, kita (baca: saya) menjadi seperti terburu-buru ingin mengejar ketertinggalan. Dan ketika sampai berakhirnya tahun ternyata tidak tercapai, saya mulai menimbang-nimbang apakah saya terlalu santai dan kurang berusaha, atau jangan-jangan saya yang terlalu muluk mematok target.

Terlalu Muluk Mematok Target — "First Thing First"
Ada banyak sekali hal yang singgah di kepala dan ingin kita lakukan. Ada begitu banyak rencana yang ingin saya eksekusi dengan baik dan lancar dalam satu tahun. Melakukan pekerjaan kantor, mengembangkan usaha yang sedang mulai dirintis, mencoba keterampilan baru yang sangat disukai, menulis dan mem-posting di blog secara rutin, membuat reading challenge yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, mengupayakan pekerjaan rumah selalu beres, dan punya banyak waktu untuk bersama anak.

Tahun kemarin saya membuat banyak target untuk diri saya sendiri, entah kaitannya dengan pekerjaan, keluarga, atau kehidupan pribadi saya. Tapiii ... seberapa pun keras saya berusaha, tetap saja tidak semuanya bisa berjalan dengan baik. Karena itu, tahun ini saya belajar untuk menekan perasaan "ingin melakukan banyak hal" dan belajar untuk menjadi optimal di beberapa hal yang memang menjadi tugas utama saya dan juga keinginan terbesar saya. First thing first.

Saya pun mulai memilah dan memilih. 
Bagi saya, keluarga tetap prioritas. Jadi, pilihan apa pun yang saya buat, saya berusaha untuk berkiblat kepada pemikiran "apakah itu membawa dampak baik untuk keluarga saya" atau malah sebaliknya. 

Pekerjaan menjadi hal yang berikutnya yang saya upayakan. Bukan semata-mata karena saya mendapatkan gaji dari pekerjaan saya, tetapi juga karena saya mencintai pekerjaan saya. Bagi saya, ini penting.

Hal berikutnya adalah usaha. Saya yakin setiap orang mau punya usaha sendiri di rumah, apalagi jika usaha itu berhubungan dengan sesuatu yang sangat disukai. (Maaf jika saya salah). Karena itu, tahun ini saya mulai menginvestasikan waktu untuk belajar dan belajar yang mengarah ke sana.

Yang terakhir dan sangat penting adalah kehidupan pribadi, me time. Di sinilah bagian yang memungkinkan untuk ditoleransi, tetapi tetap harus ada. #prinsip. hehehe. Jika mau egois, banyak sekali hal yang ingin saya lakukan untuk diri saya sendiri. Namun, apalah artinya jika kita memburu kesenangan sendiri, tetapi mengabaikan orang-orang di dekat kita. #inijugaprinsip. hehehe. Karena itu, strateginya adalah mengurangi, bukan meniadakan. Misalnya, setiap awal tahun biasanya saya membuat reading challenge selama satu tahun, entah di Goodreads atau dicatat sendiri, yang setiap tahun selalu meningkat. Namun, awal tahun ini saya sengaja tidak membuat reading challenge, membiarkannya mengalir tanpa harus menghitung seberapa banyak yang sudah dan ingin dibaca. Dan pemikiran sederhana ini menjadikan saya lebih bisa berfokus untuk mengerjakan hal yang memang saya fokuskan dari awal, yaitu belajar menulis dan menjahit. #eh.

Kecewa karena tidak banyak membaca? Jelas, tetapi mengingat bahwa saya mendapatkan banyak hal lain membuat saya lebih mudah menanggungnya. *hallah.lebay* :D

Terlalu Santai — [Tidak] Under-estimate Diri Sendiri
Setiap ada hal yang sepertinya berjalan tidak seperti yang saya harapkan dan rencanakan, ada godaan besar untuk berpikir bahwa saya terlalu santai atau kurang berusaha. Tapi, benarkah?

Membuat list tentang apa saja yang belum berjalan dengan baik memang membuat kita mudah beranggapan bahwa kita kurang berusaha. Namun, begitu melihat apa saja yang sudah kita kerjakan dan upayakan, kita mulai menepuk bahu sendiri. Standarnya tentu saja bukan melulu itung-itungan secara finansial. Hal-hal yang kita upayakan untuk orang-orang di sekitar kita, hal-hal yang membuat kita bahagia dan puas (meskipun sepele bagi orang lain), kemajuan-kemajuan yang kita raih (sekecil apa pun), dan banyak hal lainnya. Itu semua lebih dari cukup untuk menghargai semua usaha kita selama satu tahun ini.

Tidak perlu under-estimate terhadap diri sendiri. Yang orang lain mampu lakukan memang mungkin tidak mampu kita lakukan, tetapi pencapaian kita juga belum tentu bisa diraih oleh orang lain. Anggap saja itu sebuah perjalanan sunyi yang hanya kita sendiri yang tahu.

Akhir tahun ini kita perlu berhenti sebentar. Bukan untuk menyerah mengenai hal-hal yang tidak berjalan dengan baik, melainkan untuk memikirkan strategi baru. 


Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make e new ending.—Maria Robinson

_____________________________________________
Ini adalah monthly challenge berempat dengan Dewi si pohonVee si capung, dan Dina si kupu. Kapan kita kopi darat sambil ngopi, Gaiiis? :D

Selasa, 01 Desember 2015

Merayakan Akhir Tahun

#todaywisdom

Sebelas bulan berlalu. Rasanya tahun ini sedikit sekali membaca. Sedih, tetapi menaham diri untuk tidak merasa menyesal. Sebaliknya, mengingatkan diri sendiri bahwa tahun ini sudah memberikan banyak waktu melakukan banyak hal dan mengalami pencapaian-pencapaian yang layak dirayakan meskipun itu mungkin kecil dan sepele bagi orang lain.

Ketika kita [terpaksa] tidak bisa melakukan banyak hal yang ingin sekali kita lakukan, kita bisa melakukan beberapa hal saja tapi dengan sepenuh hati. Teman bilang, apa pun yang dilakukan dengan sepenuh hati itu kereeen.

Mari kita selesaikan tahun ini dengan semangat yang sama seperti kita memulainya.



Jumat, 20 November 2015

Yang Tersembunyi

#todaywisdom

Segala sesuatu tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan dan harapkan. Segala sesuatu juga tidak selalu seperti yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Sering kali yang tersembunyi jauh lebih banyak daripada yang tampak di permukaan. Dan yang tersembunyi kadang kala lebih baik dibiarkan tetap tersembunyi. Ada hal-hal yang harus dikatakan meskipun itu menyakiti dan menyakitkan. Tapi ada juga hal-hal yang tidak harus dikatakan jika itu bisa menyakiti dan menyakitkan.

Hal yang kita perjuangkan mati-matian mungkin hanyalah seujung kuku bagi orang lain. Hal yang prinsip bagi kita mungkin hanyalah angin lalu bagi orang lain. Hal yang menyenangkan bagi kita bisa saja menyakitkan bagi seseorang. Di situlah kita perlu memilih jalan yang bijak dan bajik.

Be hold. Be wise. Be strong. *tepuk.bahu.sendiri*

#88 Love Life, p. 10

Senin, 16 November 2015

Kesenangan Sederhana

#todaywisdom

Seorang teman di group share kegembiraannya ketika dia bisa tidur siang tanpa gangguan (baca: interupsi) anak-anaknya. Katanya, akhirnya .... setelah 14 tahun kehilangan privilase tidur siang. Masa balita anak-anaknya yang sambung-menyambung dan berbagai kesibukan memang menyita kemewahannya untuk tidur siang (minimal saat weekend).

Saya benar-benar tertular kegembiraannya.

Kita pasti pernah mengalami hal-hal yang serupa tapi tak sama. Bahwa di sekitar kita bertebaran banyak hal-hal sederhana yang tetap layak dinikmati dan disyukuri yang membawa kesenangan. Dan yang lebih penting adalah kita bisa melihat sisi lain dari setiap proses dan peristiwa yang kita alami.

Semangaat.

Minggu, 25 Oktober 2015

Jangan lupa bahagia ....

#todaywisdom

Sedang speechless. Semoga ini mewakili ^^.
Bagaimanapun cerita hidup kita, jangan lupa untuk bahagia ....




Sabtu, 24 Oktober 2015

Look for the good in everyone ...

#todaywisdom

Dave Barry, seorang humoris kenamaan dan penulis buku Peter dan Penangkap Bintang, pernah bertutur bahwa "tidak masalah kita menikmati lautan hanya dengan memandangi permukaannya; namun jika kemudian akhirnya kita masuk ke dalam air, kita akan menyadari keindahannya secara utuh. Hanya diam memandangi permukaaannya terus-menerus itu ibarat pergi ke sirkus dan hanya berdiri memandang di luar tenda."

Hari ini seorang teman mengingatkan hal penting mengenai cara kita menilai orang lain, tidak terburu-buru berpikiran buruk. Setiap orang memiliki masalah dan beban. Semua orang punya cara sendiri untuk mengelola perasaan dan pengalaman hidupnya. Setiap orang memiliki sisi buruk, tetapi setiap orang juga menyimpan banyak sisi baik dalam dirinya. Let us look for the good in everyone we meet ....

Jumat, 23 Oktober 2015

Don't try to take responsibility ...

#todaywisdom

Don't try to take responsibility for someone else's unhappiness. 


[efek nonton film Korea, High Society ^_^].

Janganlah berusaha bertanggung jawab atas ketidakbahagiaan seseorang. Kalau tidak mengetahui konteksnya secara keseluruhan, ungkapan ini sepertinya sadis. Namun, mungkin kita pernah merasakan sebuah kondisi di mana kita menyayangi seseorang, dan merasa perlu untuk selalu peduli dengan keadaan perasaannya. Sampai-sampai jika dia merasa sedih atau tidak bahagia, kita merasa kitalah penyebabnya.

Jangan. Jangan merasa seperti itu. Selama kita tidak melakukan hal yang salah kepadanya, jangan merasa bertanggung jawab atas ketidakbahagiaannya. Kita menyayanginya, sudah pasti dia berarti untuk kita. Namun, jika kehadiran kita tidak cukup berarti untuk dia menyingkirkan perasaan tidak bahagianya, kita tidak perlu terus-menerus menyalahkan diri sendiri, bukan?

Kamis, 22 Oktober 2015

Berjalan dengan Sepatu[mu]

#todaywisdom

Tiap orang dewasa punya sisi lain dalam dirinya, salah satunya adalah "sisi anak-anak". Ada saja faktor yang memunculkan sisi itu ke permukaan, entah sepele atau tidak. Dan ketika sisi itu muncul ketika dia sedang berada di antara banyak orang yang mengenalnya dengan baik, pasti akan banyak reaksi dan respons yang muncul.

Kesal bisa jadi salah satunya.

Namun, ketika kita sudah beberapa kali tarik napas dan "berjalan beberapa langkah dengan sepatunya", kita akan mendapati bahwa semua itu tidak mengesalkan. Proses sampai ke titik itu mungkin tidak akan menyenangkan, tetapi di ujung proses kita akan lebih bisa memahami "sisi anak-anak"-nya. Dan yang juga penting adalah kita juga lebih memahami diri kita sendiri.

“Everything that irritates us about others can lead us to an understanding of ourselves.”― C.G. Jung 

Jumat, 16 Oktober 2015

Bad Days: Cheer Yourself Up

#manusia.yang.terbuat.dari.semangat

Ada potongan kalimat dari buku #88LoveLife: We all have problems. We all have times when we feel like killing ourselves. But there are just simply bad days just like there are good days. And it takes both to make a person.


Hari-hari kita tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, yang kita harapkan. Seperti rambut pas susah diatur. Hehehe. Ada kalanya segala sesuatu sepertinya berantakan, terlalu banyak yang harus dibereskan dengan waktu yang terbatas (dan tenaga yang antara ada dan tiada). Benar-benar menguras energi.

Di pekerjaan misalnya, semua upaya yang kita lakukan rasanya tidak membawa kebaikan dan kemajuan. Malah bikin tambah stres. Di rumah mungkin juga begitu, masalah dengan pasangan, atau menghadapi anak yang “sangat kreatif” dan membuat kita speechless. Belum lagi ditambah dengan masalah pribadi, atau juga masalah relasi dengan rekan kerja. Semuanya mengepung dan membuat kita serasa ingin berkata, I’m about to explode. 

Marah dan stres. 

Beberapa waktu belakangan ini saya juga merasakan beban yang menumpuk. Merasa tetap lelah meskipun sudah cukup beristirahat. Merasa kosong meskipun sudah nonton film dan acara-acara yang menghibur. Merasa tetap “penuh” meskipun sudah curhat dengan pasangan. Merasa belum kenyang meskipun sudah makan banyak. *abaikan yang terakhir*

Sampai di suatu titik, saya merasa bahwa saya benar-benar perlu “pelampiasan” (baca: pengalihan). Saya mulai memilih dan memilih, kira-kira apa yang bisa saya lakukan. 

Ada dua aktivitas yang kemudian saya mendapati keduanya cukup ampuh untuk melepas stres dan membuat saya ceria kembali. 

1. Origami
Suami suka, anak suka, saya suka banget. Hehe. Dari kecil, anak lanang memang sudah suka origami. Sebenarnya beberapa waktu yang lalu kami sempat membuat proyek 1.000 burung bangau, tetapi sempat terhenti karena dia berlibur di rumah eyangnya, dan orangtuanya sedang [sok] sibuk. Terhenti deh proyek itu. Ini saatnya melanjutkan. Kebetulan persediaan kertas lipat masih banyaaak. Hasil lipat-melipat burung bangau juga masih tersimpan dengan baik. Yak, semangat!

2. Terapi Warna – Anti Stres
Yang ini sepertinya sedang kekinian (atau mungkin saya aja yang ketinggalan :D). Sebenarnya ini hanya kegiatan mewarnai gambar. Namun karena yang diwarnai adalah gambar yang rumit, coloring picture for adults, jadinya seru dan menantang. Malahan anak lanang ikutan juga mewarnai. Pilih-pilih warna, gores sana-sini, ternyata bisa ampuh melepas stres. Khusus ini nanti akan ada postingan terpisah aja karena ada foto-fotonya.

Membuat diri sendiri ceria kembali itu perlu, sangat perlu, karena itu akan membuat kita memandang segala sesuatu (termasuk masalah) secara positif. Dan pemikiran yang positif pasti lebih diperlukan dalam menyelesaikan masalah dibanding pemikiran yang negatif.
Sebenarnya ada satu lagi yang cukup ampuh melepas stres, yaitu menuliskan tentang stres itu, seperti yang sedang saya lakukan sekarang. ^_^

Jadi, intinya adalah ketika kita merasa sedang bad days, lakukan hal-hal yang menyenangkan dan kita sukai, juga positif tentu saja. Positivity always wins.

Semangaat.

Minggu, 11 Oktober 2015

Dari Kentut Sampai Rol Rambut



#manusia.yang.terbuat.dari.semangat
“Kalau kau sudah bisa kentut tanpa merasa bersalah di dekat seseorang, dia adalah saudaramu.” 


Pernah mendengar ungkapan itu? Adalah Arip Syaman yang mengatakan semua itu kepada sahabatnya, Twosocks. Mereka berdua bersahabat dan menjadi teman sejalan yang [dalam pembacaan saya] asyik. Arip Syaman hobi buang gas, bahkan kadang dengan membabi buta, dan Twosocks  menerima kebiasaan ganjil sahabatnya itu dengan tabah (hehehe). Penggalan kisah perjalanan dalam buku The Dusty Sneakers tersebut mengingatkan saya bahwa “sahabat yang ganjil” pun bisa membuat perjalanan (baca: kehidupan) kita ganjil, tetapi menyenangkan, bahkan sangat bisa dinikmati, tidak betul-betul nelangsa (meminjam istilah Twosocks).

Seorang teman di kantor menyampaikan hal yang mirip itu ketika ia melihat teman kami yang lain memakai rol rambut di kantor. Katanya, “Setiap kali melihat ada orang melakukan ‘kebiasaan rumahnya’, aku seperti menjadi bagian hidup orang itu.” Kira-kira begitu.

Dua hal di atas tak serupa, tetapi menyampaikan pesan yang nyaris sama. Sungguh menyenangkan ketika kita menemukan teman dan sahabat yang dengannya kita benar-benar merasa nyaman, bahkan nyaman melakukan hal-hal yang tidak akan kita lakukan di depan orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak akan kita ucapkan dengan leluasa di depan orang lain. Kita memilih dia (dan dia memilih kita).

Ada “jenis teman” yang bersamanya kita sanggup melakukan hal-hal besar sekaligus juga hal-hal yang memalukan; teman yang bisa memunculkan sisi terbaik kita, sekaligus sisi terburuk kita (dan kita bahkan tidak merasa malu atau sungkan menunjukkannya). Teman yang bersamanya kita sanggup memaki dan rela dimaki, tetapi kemudian saling menghibur dan saling memeluk.  

Persahabatan kita tidak harus seperti Old Shatterhand & Winnetou yang persabahatannya “diikat dengan darah”. Namun, setidaknya bersamanya kita bisa banyak tertawa dan merayakan hidup. Dan yang juga penting, bersama kita, dia bisa banyak tertawa dan merayakan hidup.

Rabu, 12 Agustus 2015

Nyaman dengan Diri Sendiri


#manusia yang terbuat dari semangat


Apakah Anda punya teman atau pernah bertemu dengan seseorang yang tidak pernah tampil berlebihan, tetapi selalu terlihat menarik? Atau, apakah Anda mengenal seseorang yang selalu habis-habisan meng-update penampilan, tetapi Anda melihatnya biasa-biasa saja?


Atau, mari kita melihat diri masing-masing, kita lebih mirip orang pertama atau orang kedua? Kalau saya lebih memilih menjadi orang pertama. Bukan apa-apa sih, orang pertama biasanya punya pembawaan yang asyik, dan yang lebih penting orang yang demikian biasanya biaya operasionalnya tidak tinggi. Haha *hallah.abaikan*

Salah satu faktor X yang membuat seseorang terlihat istimewa di mata orang lain dan percaya diri adalah ia merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Maksud saya “nyaman dengan diri sendiri” bukan berarti orang yang sok pede dengan penampilannya. “Nyaman dengan diri sendiri” yang saya maksudkan adalah ia tidak merasa menjadi seseorang yang terjebak dalam tubuh orang lain. Ia menerima keberadaan dirinya. Ia sungguh-sungguh merasakan kehadiran setiap detail bagian tubuhnya dan menghargainya. Ia menikmati hidupnya.

Pada satu masa dalam kehidupan, saya pernah menjadi seseorang yang selalu dihinggapi kekhawatiran, mudah diserang khawatir. Khawatir akan segala hal; akan kesehatan saya, akan masa depan saya, akan pendidikan saya, akan kondisi keuangan saya, akan orangtua saya, akan pekerjaan saya, bahkan parahnya akan penampilan saya. Pada masa-masa itu, rasanya waktu saya habis untuk mengkhawatirkan banyak hal.

Di sisi lain, ada teman saya yang setiap hari berjumpa dengan saya yang dalam pandangan saya dia “seperti tidak pernah punya masalah”, padahal fisiknya lumayan lemah, sering jatuh sakit, flu tulang lagi sakitnya. Herannya, dia “punya banyak waktu” untuk tertawa dan mengobrol dengan orang lain. Bahkan dia sepertinya tidak pernah mempermasalahkan segala sesuatu. Dia benar-benar santai, benar-benar menikmati hidupnya. Dan tebak, meskipun saya tahu dulu nilai sekolah dia pas-pasan, sekarang dia sudah sangat mapan dalam pekerjaannya dan nyaman dengan kehidupan keluarganya. 

Dia punya faktor X yang tadi saya sebutkan. 

Mari  kita mulai menikmati keberadaan dan kehidupan kita. Semangat!