Kamis, 27 Juli 2017

Gru & Dru ...

Yang sudah nonton Despicable Me 3 mana suaranya? Hehe

https://movies.universalpictures.com/media/dm3-adv1sheet-rgb-5-58c818a68f809-1.png
Gru & Dru


Di Despicable Me 3, Gru bertemu saudara kembarnya yang dia tidak pernah tahu sebelumnya. Namanya Dru. Gru sebenarnya tidak sabar ingin bertemu Dru, tetapi begitu bertemu, dia dengan cepat menyadari bahwa mereka benar-benar berbeda.

Gru tidak berambut. Dru berambut pirang yang gondrong.
Gru dingin dan serius. Dru selalu tertawa.
Gru cemberut. Dru ramah dan bersahabat. 

Meskipun Gru tidak menyukai karakter saudara kembarnya, akhirnya mereka kompak melawan Balthazar (musuh yang meneror kota) dan merebut kembali berlian yang sudah dicuri oleh Balthazar. Senjata Balthazar adalah keytar (keyboard gitar) dan bom permen karet. Aksi jahatnya selalu dilakukan dengan moonwalk diiringi lagu-lagu lawas, seperti lagunya Michael Jackson dan Madonna. Jahat, tapi keren. Eh, keren tapi jahat.

Untuk anak-anak (setidaknya anak saya hehe), Minions adalah daya tarik utama film ini. Anak saya sampai-sampai sudah memberikan warning sejak sebelum libur kenaikan kelas, "Mah, jangan lupa kita nonton Despicable Me 3". (Baiklah). Sayang, di film ketiga ini Minions sepertinya hanya seperti cameo saja. Setelah ramai-ramai pergi meninggalkan Gru, Minions seperti terlepas dari cerita. Mereka nyambung kembali di akhir cerita, mendadak datang sebagai pahlawan yang menolong Gru, Dru, Lucy (istri Gru), Margo, Edith, dan Agnes melawan Balthazar.

Beberapa bagian memang tidak sesuai untuk anak-anak, misalnya (yang jelas banget) adalah ketika Gru menemui ibunya yang sedang berenang bersama dua laki-laki. Buat saya pribadi, adegan itu sangat menganggu. Hehehe.

Terlepas dari itu semua, dan juga terlepas dari mitos-mitos yang beredar tentang film ini, ada nilai-nilai positif yang bisa kita tonjolkan untuk anak-anak kita.

Misalnya, Gru & Dru. Meskipun darah penjahat mengalir dalam tubuh mereka, mereka tidak ingin Balthazar menghancurkan kota, dan berusaha keras mencegahnya. Dan meskipun Gru sudah dipecat dari Anti Villain League (kelompok anti kejahatan), Gru tetap berusaha mengambil kembali berlian yang dicuri oleh Balthazar.

Agnes, mengejutkan. Dia terobsesi dengan unicorn. Dia meletakkan aneka permen di tengah hutan demi memancing unicorn keluar. Setelah lama ditunggu, akhirnya muncullah sesuatu yang diharapkan. Ketika yang keluar dari semak-semak adalah seekor anak kambing berwarna putih bersih dengan salah satu tanduknya yang kurang sempurna (seolah-olah dia hanya punya satu tanduk), saya sudah spontan membayangkan Agnes kecil menangis, ternyata saya salah. Dia digambarkan sangat gembira meskipun yang dia dapatkan berbeda dengan yang dia harapkan. Hhhmmm ... bagian ini sepertinya sengaja nyindir (saya) ... haha.

Margo & Lucy. Terlihat sekali emosi di antara keduanya. Bagian yang menyentuh dalam film ini, mereka yang memegang, terutama Lucy. Lucy dengan caranya sendiri berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak-anak Gru (Margo, Edith, Agnes). Sedangkan Margo (yang digambarkan sudah lebih dewasa) berusaha untuk menerima Lucy. Upaya Lucy yang lucu, bahkan kadang lebay, menyentuh Margo. Bisa ditebak kan ending di antara keduanya?   

Beberapa bagian rasanya hanya menempel, tetapi tidak menyatu. Salah satunya keberadaan Minions di film ketiga ini. Waktu film selesai, dan kami menunggu sampai agak longgar, anak saya menyenggol saya, "Mah, Gru kok bisa tahu kalo itu Mel ya? Kan Minions ada banyak." Mungkin karena Minions tidak diberi porsi lebih, sehingga sedikit sekali kesempatan untuk kita mengenali mana Mel, mana Bob, mana Carl, atau yang lainnya. Atau, jangan-jangan saya aja yang nggak hafal mereka. *krik krik*

Selasa, 25 Juli 2017

Seni Beres-beres Ala Jepang


Saya selalu merasa bahwa ada orang-orang yang memang berbakat rapi dan ada yang tidak. Dan sepertinya saya masuk di golongan yang "tidak". Perasaan sudah beres-beres setiap hari kok ya rumah tetap berantakan. Tapi, nggak papa lah rumah berantakan, asal jangan hidupmu yang berantakan. Eaaaaa .... 

Menyadari kekurangan saya itu, ketika pada suatu hari menerima buku The Life-Changing Magic of Tidying Up (Marie Kondo), saya mulai terusik. Apalagi subjudulnya "seperti melotot" kepada saya: Seni Beres-beres dan Metode Merapikan Ala Jepang. Penulis buku ini, Marie Kondo, adalah seorang konsultan beres-beres dan master berbenah. Metodenya dikenal dengan istilah metode KonMari.

Ternyata ada ya orang seperti itu. ckckckck ... luar biasa.

Foto pinjam dari sini


Ada nasihat yang sudah tertanam dalam diri saya dari dahulu (melalui pesan-pesan tidak langsung yang beredar di sekeliling saya) bahwa beres-beres harus dilakukan setiap hari supaya tidak menumpuk dan kita menjadi lebih malas lagi beres-beres. Namun, ada satu kalimat yang mencerahkan dalam buku ini yang membuat saya ingin membacanya sampai selesai dan menandainya di bagian-bagian tertentu: bagaimana jika beres-beres setiap hari itu artinya beres-beres tiada henti?

Ada banyak hal yang mencerahkan mengenai beres-beres ala Jepang, sebagian kecilnya akan saya tuliskan di sini.

Seni membuang: Membuang sampai tuntas
Berbenah yang efektif hanya terdiri dari dua aktivitas esensial: membuang dan menentukan di mana harus menyimpan barang. Di antara keduanya, membuang harus didahulukan. Bagian ini akan terkesan sadis, tetapi berbenah tidak akan bisa dilakukan jika kita tidak menyingkirkan benda-benda yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Standar untuk membuang barang menurut metode KonMari adalah memegang barang satu per satu, lalu bertanya: "apakah barang itu membangkitkan kebahagiaan?" Jika ya, simpan. Jika tidak, buang.
Simpan saja barang-barang yang sungguh menggetarkan hati Anda. Kemudian, teguhkan tekad untuk membuang sisanya.

Praktiknya? Susyaaahhh, apalagi benda-benda yang punya nilai sentimentil (barang kenangan)? Apa pun alasannya, kita pasti akan sangat sulit membuangnya. Diberikan orang saja jangan sampai, apalagi dibuang. Namun, KonMari meyakinkan bahwa dikelilingi oleh hal-hal yang membangkitkan kegembiraan niscaya akan membahagiakan 

Berbenah berdasarkan lokasi adalah kesalahan fatal.
Hari ini beres-beres dapur. Besok beres-beres kamar. Lusa beres-beres gudang. KonMari sangat tidak menyarankan cara ini karena ini fatal. Mengapa ini fatal? Karena akan kacau ketika kita menemukan barang yang sama dengan fungsi yang sama, tetapi ada di lebih dari satu ruangan. Misalnya, buku bisa ada di kamar tidur, ruang tamu, bahkan di toilet. Nah, lho. Lalu, bagaimana? Intip aja di bukunya. hehehe. 

Berbenah adalah kegiatan istimewa. Jangan melakukannya setiap hari.
Tantangan berat untuk saya adalah saya belum bisa menganggap bahwa berbenah adalah kegiatan istimewa. Haha. Namun, saya mulai paham maksudnya. Bahwa berberes adalah bagaimana kita berdialog dengan barang-barang milik kita, barang-barang pilihan kita, bahkan barang-barang yang sangat istimewa dengan kita.

Poin to Ponder
Pada akhirnya, berbenah bukan sekadar merapikan karena merapikan hanya akan memunculkan keinginan kita untuk menambah luasan tempat penyimpanan. Berbenah juga bukan sekadar bagaimana kita menyimpan karena keinginan "menyimpan" bisa menjadi jebakan untuk kita "menumpuk" barang-barang. Berbenah adalah tentang bagaimana kita benar-benar mengiklaskan barang-barang yang sudah berjasa untuk kita, dan membiarkan barang-barang yang benar-benar membangkitkan kebahagiaan dalam hidup kita tetap ada di sekitar kita; barang-barang yang benar "bicara" tentang kita.
Pembelajaran besarnya adalah bahwa berbenah membuat kita percaya diri akan kemampuan kita dalam membuat keputusan. 

... dan bahwa kehidupan menjadi lebih enteng begitu kita tahu bahwa situasi masih bisa berjalan dengan baik meskipun kita kekurangan sesuatu. 

Selamat berbenah.

People are ...

#todaywisdom

People are more than just the way they look.
(dari A Wrinkle in Time)

Belakangan ini saya lagi suka banget sama quote itu. People are more than just the way they look. 
Mengingatkan saya untuk tidak mudah menilai seseorang hanya dari penampilannya.
Ada orang yang ternyata menyimpan (bukan menyembunyikan) banyak hal di balik ketenangannya.
Ada orang yang ternyata menyimpan banyak kepedihan di balik keceriaannya.
Ada orang yang ternyata menyimpan banyak kebaikan di balik kecuekannya.
Ada orang yang ternyata menyimpan banyak kemampuan di balik kesederhanaannya.
Ada orang yang ternyata menyimpan cinta yang begitu besar hanya saja tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Ada yang ternyata menyimpan ketulusan besar meskipun tidak ada yang memahaminya.

Everybody has a chapter they don't read out loud.
.
.
.