Kamis, 31 Maret 2016

Broken Crayons Still Color

#monthly.challenge
#manusia.yang.terbuat.dari.semangat



Anak lanang saya selalu tidak suka mewarnai dengan crayon yang sudah patah, apalagi kalau bungkus kertasnya sudah lepas. Alhasil dia selalu memilih crayon yang masih utuh dan masih dibalut kertas. Setiap kali harus mewarnai dengan crayon-crayon yang patah, terlihat sekali air mukanya tidak antusias. Saya selalu berusaha meyakinkan bahwa crayon yang patah pun masih tetap bisa dipakai, warnanya juga tetap bagus. Dia sering lupa bahwa ada yang namanya penyambung crayon.

***

Monthly challenge bulan ini adalah #friendzone, topik yang sangat menyenangkan. Bagi saya, teman aka sahabat adalah seperti sebuah penyambung crayon. Saat saya patah (kecewa, sedih, putus asa, dan semacamnya), ia menjadi "penyambung crayon"; membuat saya tetap merasa utuh dan berarti. Broken crayons still color. Terima kasih untuk kalian. .... *tetooot .... belum-belum sudah melow*

Saya bukan orang yang pintar berteman, bukan orang yang pintar ngobrol, suka kehabisan kata dan topik, dan sulit curhat. Bahkan ada teman yang "mengatai" bahwa saya itu tidak pernah menyapa; sekalinya menyapa, yang dibicarakan pekerjaan. Wooh, sakitnya tu bukan cuma di sini. Hehehe. Tapiii, lucky me, saya dikelilingi oleh orang-orang yang seru dan menyenangkan, yang benar-benar meminimalkan kekurangan-kekurangan saya. God is good.

Katanya, respect people who find time for you in their busy schedule .... But love people who never look at their schedule when you need them. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, semoga saya juga bisa memberikan waktu dan menjadi penyambung crayon. 

It is okay to be broken, as long as we have friends (or somebody to lean on).  

Rabu, 30 Maret 2016

Hari Ini Begitu Berwarna ...

#todaywisdom

Hari ini begitu berwarna.

1. Melihat news anchor sedang live di jalanan di tengah sore hari yang hujan. Saat semua orang memburu langkah pulang ke rumah, mereka masih berkutat dengan tanggung jawabnya untuk mengabarkan berita kepada orang-orang. Jadi ingat mimpi lama yang tidur dan tak pernah bangun lagi. hehe. #gagal.move.on

2. Melihat topeng monyet sedang beraksi di pinggir jalan. ho ho. Orang-orang rela menghentikan aktivitasnya dan menepikan kendaraannya untuk sekadar menikmati. Melihat ekspresi mereka dan mata takjub mereka, saya yakin itu si monyet benar-benar mengembalikan sejenak masa kecil mereka, seperti saya. haha

3. Ikut senang melihat seseorang yang saya kenal baik mencapai level baru dalam usaha kecilnya, meminta seorang artis beken meng-endors di instagram miliknya. Saya tahu ini juga menjadi keinginannya seperti yang pernah dia ceritakan sebelumnya meskipun dia harus merogoh kocek cukup dalam untuk itu. Semoga feedback-nya bagus ya, Dek.  

4. Mengobrol panjang dengan seseorang yang membuat saya bersyukur mengenalnya. Hanya kadang-kadang saya terlalu naif dan lupa bahwa dia juga punya kehidupan lain. Maafkan ya. Saya benar-benar berharap kebaikan selalu menyertainya to the Galaxy EGS-zs8-1 and back.

Jumat, 11 Maret 2016

Kurang Piknik

#todaywisdom

Kemarin sore dalam perjalanan pulang dari kantor, perhatian saya teralihkan oleh tulisan di kaca belakang mobil yang berdebu. Tertulis dengan goresan jari di sana:

OTW adoh.
Rumangsamu piknik, Cah?

Terjemahannya kira-kira: On the way perjalanan jauh. Kau pikir piknik, hah?
Yang pertama kali terlintas dalam benak saya adalah: itu orang yang nulis pasti kurang piknik. #kurang.piknik.marai.panik .... Hehe.

Belakangan ini, ungkapan "kurang piknik" menjadi sangat populer. Bisa dimaknai secara harfiah bahwa orang yang bersangkutan memang benar-benar kurang piknik. Namun, ungkapan tersebut lebih sering dijumpai sebagai satire untuk menyebut seseorang yang sensitif, tidak bisa santai, selalu khawatir, jarang terlihat tersenyum. Garis besarnya: nyaris tidak pernah terlihat bahagia. Orang yang benar-benar perlu refreshing. haha.

Dalam bahasa Inggris, no picnic, ternyata adalah sebuah idiom yang artinya suatu keadaan yang sulit dan tidak menyenangkan. Cocok ternyata hehe. Siapa pun yang pertama kali melontarkan ungkapan "kurang piknik", dia pasti cerdas.

Ingat lagu Jamrud beberapa tahun lalu (jiaaah, ketahuan lah saya angkatan berapa) yang judulnya "Kurang Piknik"? Saya tidak terlalu hafal liriknya, tetapi di sana disebutkan sedikit ciri-ciri orang yang kurang piknik, salah satunya adalah suka manyun. Haha. Saya comotkan lagunya dari Soundcloud di akhir postingan ini, yaaa.

Ehem-eheeem ... saya sepertinya perlu bikin check list biar saya paham saya ini kenyang piknik atau kurang piknik.
Piknik yuuuuuk. 


Rabu, 09 Maret 2016

Gerhana Matahari Kekinian

#today.wisdom

Hari ini adalah waktu yang paling tepat untuk meninggalkan jejak di blog ini tentang Gerhana Matahari Total (GMT). Mengapa? Karena GMT tahun 1983 saya masih balita dan belum punya blog. GMT berikutnya (seandainya juga terjadi 33 tahun lagi), saya mungkin sudah nenek-nenek, dan saya tidak tahu apakah masih ada tanda-tanda kehidupan di blog ini ... hehehe. Jadi, benar, kan ini saat yang tepat? #ditimpuk.kamera.DSLR.sama.pembaca ... mana ... manaaa... #apasih

Pagi-pagi, pak suami sudah teriak-teriak memanggil anak lanang. "Sudah mulai ... sudah mulai ..." Dengan perlengkapan seadanya, mereka mulai sibuk mengabadikan momen langka ini. Istilah saya: merapikan kenangan ..... #hallah.mulai.deh.

Tak ada filter Neutral Density yang harganya ratusan ribu (ini hasil brosing menjelang GMT ... hehe), kacamata hitam pun jadi. Saat GMT baru saja mulai, mendung datang. Tanpa filter pun, kamera hape bisa menangkap meskipun agak kabur. Mendung seolah menjadi filter alami.

Saat mendung menyingkir, si kacamata hitam beraksi. Meletakkannya di depan kamera hape, ternyata membuat efek yang berbeda. Bukan seperti efek negatif, melainkan membuat warna langit menjadi keunguan. Itu kacamata saya. Kacamata hitam Anda bisa saja berefek pink atau hijau. #nah



Percobaan berikutnya adalah menambah filter. Tapi, kami cuma punya 1 kacamata hitam. Pak suami lari ke dalam (biar terdengar heroik hehe), dan keluar membawa .... kacamata las!!! Hahaha ... Kacamata las ditaruh di depan kacamata hitam, lalu keduanya ditaruh di depan kamera hape. Yeeaah, hasilnya lumayan, dan efeknya pun berbeda. 





Setelah GMT berlalu, ibu yang masih duduk tenang di depan TV berkomentar, "Beda banget gerhana (maksudnya: GMT) sekarang sama yang sebelumnya." 
"Waktu itu belum ada hape ya, Bu," saya menimpali.
"Jangankan hape, tivi aja baru ada TVRI."

Saat saya menulis postingan ini, saya sengaja melihat Instagram dan mengintip hashtag-hashtag yang berkaitan dengan GMT.  #solareclipse2016 (11.352 posts). #totalsolareclipse2016 (3.373 posts).  #gerhanamataharitotal2016 (7.313 posts). Keren-kereeen.

"Insan-insan lintas generasi", seusia ibu saya misalnya, pasti sangat merasakan perubahan peradaban. Manusia semakin pintar, kritis, dan kreatif. Alih-alih duduk diam di dalam rumah dan melewatkan momen langka ini, mereka dengan caranya masing-masing menyimpan baik-baik momen ini. Menjelang GMT berakhir, saya sengaja berkeliling kampung. Saya lihat ada yang motret-motret, ada yang merekam dengan hapenya dari awal sampai akhir, ada juga yang hanya duduk diam menikmati. 

"Mah, kenapa bisa ada gerhana matahari total?" tanya anak saya tadi pagi. Dengan bahasa sederhana, saya berusaha memahamkan: "Bumi berputar mengelilingi matahari. Bulan berputar mengelilingi bumi. Lalu, bumi dan bulan bersama-sama berputar mengelilingi matahari. Pada suatu saat tertentu, bumi, bulan, dan matahari berbaris lurus. Jadi, matahari tertutup bulan."
"Makanya mataharinya nggak kelihatan ya, Mah?"
"Iya."
"Keren, Mah."

How great you, Lord!

Jumat, 04 Maret 2016

"Itu Penting Untuknya"

#today.wisdom

Sore kemarin saat saya menyiapkan makan malam anak lanang, ada obrolan sederhana, tetapi menyentuh saya.
"Maaah, aku disuapin ya," dia berteriak.
Dengan mengernyit saya memprotes, "Kenapa?"
"Aku mau sambil belajar main Yoyo. Soale besok mau tanding sama Jati," nadanya penuh antusias.
Komentar di ujung mulut saya tertahan dengan kode mata dari pak suami.
Katanya, "That is important for him. Just give him your support."

***

Terkadang saya lupa bahwa di sekeliling saya bertebaran banyak kepentingan yang sepintas tidak ada hubungannya dengan saya, tidak ada hubungannya dengan kepentingan saya.
Saya diingatkan untuk belajar menghargai, belajar menyisihkan sebentar kepentingan saya untuk melihat dan peduli pada kepentingan orang lain, juga memberikan dukungan yang sedang diperlukan. Belajar bahwa semua orang menganggap penting kepentingannya.