Bepergian atau
menempuh rute baru hanya berbekal GPS itu rasanya ngeri-ngeri sedap.
Berdebar-debar.
Ngerinya adalah kalau
pas melewati jalur yang sepi penduduk, hari menjelang malam, dan sinyal kembang
kempis. Menegangkan.
Sedapnya adalah
pemandangan alam yang amajing jika kita lewat rute-rute tertentu, benar-benar
menyegarkan mata. Atau, bertemu manusia-manusia yang meneduhkan hati. Atau,
bisa foto-foto selfie sepuasnya. Hehe.
Masalahnya adalah jika
kita tidak percaya pada petunjuk yang disediakan. Ketika GPS menunjukkan jalan
yang kelihatannya tidak masuk akal—jembatan kayu goyang, jalan “kerbau”, jalan
setapak—keraguan seketika muncul. Masa sih jalan seperti itu yang disodorkan kepada
kita. Benar-benar tidak percaya, padahal kita tinggal ikuti tanda panah. Belok, ikut belok. Padahal lagi,
begitu mencermati kembali G-Map secara keseluruhan, ternyata itu benar-benar rute
alternatif terpendek. Semua itu disediakan supaya perjalanan menjadi lebih
cepat dan efektif.
Petunjuk dan kemudahan
ada, tetapi rasa tidak percaya membaca itu justru sebagai masalah. Khawatir dan tidak
percaya, sangat manusia. Menganggap bahwa petunjuk-petunjuk tak masuk akal itu sebagai tanda tanya besar.
Padahal ada pertanyaan yang jauh lebih besar: bagaimana jika tidak ada petunjuk sama sekali?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar