#manusia yang terbuat dari semangat
Suatu malam ketika
terbangun tengah malam, saya “dipertemukan” dengan film menarik yang dibintangi
oleh Morgan Freeman. Judulnya Feast of
Love. Rasanya tidak ada film Morgan Freeman yang tidak menarik perhatian
saya. Saya suka kharisma dan ketenangannya.
Eh, cukup, kembali ke
topik.
Film yang diangkat
dari novel yang berjudul sama ini sebenarnya bukan film drama cinta ringan, memiliki
banyak alur yang membuat film ini terkesan berat, tetapi sebenarnya menyampaikan
pesan tentang berbagai hal dalam kehidupan, mulai dari cinta itu sendiri,
hingga kesedihan dan kepedihan.
Hal menarik yang saya
dapatkan usai menonton film itu adalah bahwa untuk bisa menikmati kehidupan dan
segala warnanya (cinta dan kesedihan termasuk di dalamnya), serta menarik
sebanyak-banyaknya nikmat dan hikmat darinya, ada satu hal yang bisa kita
lakukan, yaitu kita perlu berfokus pada kesenangan yang sederhana.
Dalam pemahaman saya, berfokus
pada kesenangan sederhana bisa didaratkan dalam banyak sisi di kehidupan kita; dalam kehidupan pribadi, keluara, atau juga pekerjaan kita.
Menikmati teh di teras bersama anak atau pasangan bisa sangat menyenangkan.
Bukan berarti minum teh di kafe tidak menyenangkan, bisa sangat menyenangkan. Maksud
saya adalah kesenangan-kesenangan sederhana sebenarnya tidak pernah jauh dari
kita.
Contohnya, saya. Saya bukanlah
seorang yang suka memiliki hewan peliharaan di rumah. Dan rezeki saya, saya
punya suami dan anak yang cinta sekali dengan binatang. Pernah suatu kali saat
sedang berjalan-jalan, mereka melihat ada orang membuang anak kucing di jalan. Mereka
langsung ambil kucing dan dibawa pulang ke rumah untuk dipelihara. Bahkan
mereka sampai memberi nama pada kucing itu. Belang namanya. Padahal tahukah Anda,
kucing adalah satu-satunya hewan yang membuat saya ngeri. Sungguh. Saya bisa
kontan naik ke kursi hanya gara-gara kaki saya tersentuh kucing. Bisa Anda
bayangkan perasaan saya ketika kemudian saya harus punya kucing di rumah?
Namun, hari ini kondisinya
berubah. Dari hari ke hari, saya melihat cinta anak dan suami saya kepada kucing
itu, dan ternyata itu menular. Prosesnya panjang dan tidak mudah. Namun, ketika
saya melihat anak saya begitu menikmati kesenangannya bermain dengan kucing
itu, diam-diam saya ternyata juga menikmatinya.
Ketika saya tidak
berfokus pada ketidaksukaan saya, dan beralih berfokus pada kesenangan
sederhana yang saya saksikan di mata anak saya, itu mengubah banyak hal dan
saya mendapatkan lebih banyak hal.
Dan tebak, ketika tahu
ibunya sekarang sudah bisa mencintai Belang, anak saya sekarang memelihara ikan
koi dan ikan cupang. Daaan, suami saya berencana menambah lagi teman untuk dua
anjing yang sekarang sudah ada di rumah. Olalaaa ….
Tidak ada komentar :
Posting Komentar