“Sekarang kami tahu,” kata petugas koroner itu, “bahwa orang yang selamat dalam kecelakaan yang sekarang sedang terbaring di rumah sakit itu dan dikenali sebagai Laura Van Ryn sebenarnya bukan Laura. Kenyataan ini dipastikan malam ini melalui catatan giginya.” … “Kami punya alasan untuk percaya bahwa putri Anda mungkin asih hidup.”
“Tidak. Tidak. Tidak mungkin. Kami sudah menguburkannya,” kata Colleen. Dalam keadaan setengah terbangun, ia mengira petugas koroner itu mengatakan bahwa Whitney masih hidup ketika ia dimasukkan ke dalam peti matinya, berarti keluarga mereka telah menguburkannya dalam keadaan hidup. Pemikiran itu membuatnya sangat ngeri. Petugas koroner itu segera menjelaskan kembali maksudnya. “Kami punya alasan untuk percaya bahwa gadis yang dikenali sebagai Laura Van Ryn, sebenarnya adalah putri Anda Whitney Cerak.”
***
Kehilangan seorang anak pasti mengerikan rasanya. Tapi tiba-tiba mengetahui bahwa anak yang selama ini diyakini sudah meninggal dalam kecelakaan ternyata masih hidup mungkin lebih mengerikan. Dan menyadari bahwa gadis yang mereka makamkan ternyata bukan putri mereka mungkin jauh lebih mengerikan.
Bila mau dibandingkan, mungkin akan jauh jauh lebih mengerikan begitu mengetahui kenyataan bahwa gadis yang sedang meregang nyawa di rumah sakit ternyata bukan putrinya, dan sesungguhnya putrinya sudah meninggal dalam kecelakaan yang menimpanya.
Jika disuruh memilih, pasti tidak akan ada yang memilih salah satunya. Tapi itulah kenyataan yang dialami oleh dua keluarga yang putrinya tertukar identitasnya dalam satu kecelakaan pada 26 April 2006 di Indiana I-69 yang menimpa beberapa mahasiswa Taylor University.
Mengharu biru mengikuti kisah mereka; bagaimana bisa Whitney disangka Laura dan Laura disangka Whitney, bagaimana Whitney harus menghadapi kenyataan baru dengan “identitas orang lain” yang dilekatkan padanya, bagaimana keluarga Laura harus menghadapi kenyataan bahwa gadis yang mereka tunggui di rumah sakit dengan penuh harap akan kesembuhannya ternyata bukan putri mereka dan ternyata putri mereka sudah meninggal dalam kecelakaan itu, dan bagaimana keluarga Whitney harus berhadapan dengan kenyataan putri mereka ternyata masih hidup dan ternyata mereka memakamkan “gadis yang salah”.
Kisah ini menjadi suatu kesaksian luar biasa dari keluarga Van Ryn (Keluarga Laura) dan Cerak (keluarga Whitney). Mereka tetap teguh dalam iman mereka di tengah pergumulan yang berat bahkan saat mereka mengetahui kenyataan sebenarnya tentang kesalahan identitas, mereka tetap beriman kepada Tuhan.
Kisah tentang bagaimana dua gadis, Laura Van Ryn dan Whitney Cerak, bisa tertukar satu sama lain mungkin terdengar fantastis dan tidak bisa dipercaya, tetapi bukan itu cerita yang sebenarnya di sini.
Buku ini benar-benar bercerita tentang bagaimana Allah telah menopang dua keluarga melalui kemurahan-Nya. Peristiwa ini bisa dilihat sebagai tragedi semata atau peringatan akan anugerah dan misteri kehidupan yang tak dapat diduga.
***
Kecelakaan dan semua yang terjadi setelahnya telah mengubah diriku. Aku adalah satu-satunya orang yang aku tahu pernah mendengar cerita tentang pemakamanku sendiri. Itu cukup aneh. Aku mengalaminya satu kali, dan satu kali sudah lebih dari cukup.—Whitney Cerak
Tidak ada komentar :
Posting Komentar