Pagi tadi ngobrol sedikit dengan
Leni. Topiknya adalah seorang kawan yang tak diduga telah selesai menulis buku
dan diterbitkan oleh penerbit kenamaan di negeri ini.
Obrolan yang membuat pikiran saya
terjaga seketika. Pembicaraan setema ini selalu membangunkan mimpi yang
tertidur; terninabobokan oleh kesibukan, kenyamanan, pekerjaan, keletihan, dan “hobi”
ketiduran (ini parah). Ah, lagi-lagi alasan ini. Padahal banyak orang yang tetap bisa
melakukan banyak hal di luar pekerjaan rutinnya. Hiks. Tertohok.
Sniff, Scurry, Hem, & Haw
Saya jadi ingat kisah Sniff, Scurry,
Hem, dan Haw di buku Who Moved My Cheese.
Buku yang saya baca beberapa tahun silam dan saya suka banget dengan
metaforanya. Sebenarnya sederhana, tetapi begitu dekat dengan keseharian kita
dalam pekerjaan dan pencapaian sesuatu; dan yang paling penting dalam menyikapi
perubahan.
Sniff dan Scurry adalah seekor tikus.
Sementara, Hem dan Haw adalah kurcaci (little
people). Mereka berempat memiliki sifat yang berbeda.
- Sniff, sesuai namanya Si Tukang Endus, mampu mengendus perubahan dengan segera.
- Scurry, Si Tukang Lacak, selalu sigap dalam bertindak.
- Hem, selalu menolak dan tidak menghendaki perubahan
- Haw, setiap saat selalu berusaha beradaptasi sehingga siap menghadapi perubahan dan mencapai hal yang lebih baik.
Mereka berempat tinggal dalam suatu
Maze, labirin-labirin yang sarat ketidakpastian dalam menemukan keju. Dengan
kemampuan masing-masing, mereka berupaya mencari keju-keju yang lezat melewati
labirin-labirin yang tak jarang menyesatkan mereka. Hingga kemudian pada suatu hari
mereka menemukan keju yang berlimpah ruah di Cheese Station C. Girang tak
terkira.
Setiap hari mereka berempat mengunjungi
Cheese Station C dan makan sepuasnya. Namun, sifat mereka masing-masing ikut
menentukan cara mereka menyikapi penemuan besar ini hari-hari berikutnya.
- Sniff dan Scurry selalu bangun pagi dan bergegas menuju Cheese Station C, melepas dan mengikat sepatunya dan menggantungkan di lehernya, baru kemudian menyantap keju. Namun, mereka tidak sekadar makan dan kenyang, tetapi juga mengamati keadaan sekitar Station C itu dan perubahannya.
- Hem dan Haw juga bangun pagi, tetapi itu hanya hari-hari awal. Lama-kelamaan mereka hafal jalan menuju Cheese Station C dan mulai bangun siang. Berjalan ke tempat itu pun, mereka santai-santai. Mereka puas dan bahagia.
“Bim Salabim”
Suatu hari, mereka berempat
mendapati bahwa tidak ada lagi keju di Cheese Station C, kosong melompong.
Semua kejunya hilang! Seperti mereka bereaksi secara berbeda terhadap penemuan
besar, mereka pun beraksi secara berbeda terhadap kehilangan besar; perubahan
besar.
Sniff dan Scurry tidak kaget
dengan hilangnya keju itu karena mereka tidak terlena. Mereka sadar bahwa
lama-kelamaan keju di tempat itu akan habis karena setiap hari dimakan. Mereka
sudah siap dan segera bertindak; memakai sepatu dan berlari mencari Station
lain, mencari keju baru.
Sementara, Hem dan Haw sangat
terkejut, marah-marah, dan tidak segera bertindak. Mereka berteriak-teriak, “Who
moved my cheese?”; menyalahkan keadaan dan pihak lain yang mungkin memindahkan
keju mereka. Mereka berdua takut tidak akan bisa mendapatkan keju lagi. Mereka
yakin keju mereka masih ada di sekitar tempat itu. Mereka mulai memanjat
dinding dan mencari-cari, tetapi keju itu tetap tidak ada. Hem hanya diam dan
putus asa. Haw tidak demikian, tidak mau diam saja. Ia mengajak Hem mencari
keju di luar Station C, tetapi dia menolak. Hem masih yakin kejunya akan
kembali.
Haw akhirnya pergi sendirian
meskipun awalnya ia merasa takut menelusuri labirin Maze. Sepanjang jalan yang dilewatinya
diberi tanda. Harapannya, itu akan memudahkan Hem seandainya ingin menyusul. Kemudian
sampailah Haw di Cheese Station N; dan mendapati Sniff dan Scurry sedang
menikmati keju yang lezat. Haw sangat gembira.
“Kembali ke Laptop”
Kembali ke kisah kawan yang
berhasil menyelesaikan bukunya. Bagi saya, kabar ini (dan percakapan-percakapan
sejenis) ibarat keterkejutan Sniff, Scurry, Hem, dan Haw ketika mendapati
Cheese Station C kosong. Sebuah perubahan yang harus segera disadari dan
disikapi (apalagi jika itu terkait mimpi besar kita).
Pengennya sih seperti Sniff dan Scurry, langsung sigap mengenakan sepatu dan
tancap gas (baca: menulis). Tapi saya tidak sehebat itu. Haw lebih pas untuk
dijadikan metafora saya. Awalnya kaget, stres, bingung, tapi tidak berkubang.
Setelah “dibangunkan” dari tidur panjang kenyamanan, mulai perlahan mencoba
melangkah, mempercepat langkah, dan berlari. Tidak berhenti belajar dan
mengamati. Semoga.
Yang penting tidak seperti Hem. ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar