Pernah merasa orang lain berubah sikap terhadap kita? Dia bagai habis meminum ramuan kanabis, semua perilakunya berubah. Tak ramah, tak bersapa, ketus.
Hal yang lumrah dilakukan ketika merasa seperti itu adalah melihat ke dalam diri. Dan pertanyaan yang terselip kemudian adalah, apa yang salah dengan diriku. Pertanyaan meditatif spontan yang [saya pikir] bagus karena itu berarti kita tidak spontan menyalahkan orang lain atas perubahan sikapnya.
Melihat ke dalam. Perubahan sikap orang lain bisa menjadi early warning system untuk melihat ke dalam diri, adakah perubahan yang tidak kita rasakan, tetapi sebenarnya terpancar keluar dan tertangkap oleh orang lain. Apa pun perubahan itu. Perubahan menjadi baik saja bisa menuai respons yang tidak kita harapkan, apalagi perubahan yang tidak baik.
Melihat ke luar. Dalam hati orang tak ada yang tahu. Karena itulah, manusia [baca: saya] butuh kepekaan dan empati. Mungkin sebenarnya dia sedang mengalami masalah dalam kehidupannya, dan saya sedang terlalu sensitif. Akibatnya, jadilah saya menganggap dia berubah, padahal sebenarnya tidak.
Dalam keadaan seperti ini, wewajibkan diri sendiri untuk tidak berburuk sangka akan membuat segala sesuatunya tidak semakin parah. Tragis bila pertemanan kandas hanya karena prasangka.
Tidak berburuk sangka [harapannya] akan membuat saya tidak melulu mementingkan suasana hati sendiri dengan menafikan kenyataan bahwa orang lain juga punya perasaan dan masalahnya sendiri.
Tidak berburuk sangka [harapannya] akan membuat saya tetap rendah hati untuk tidak menilai diri sendiri benar, dan sebaliknya.
Tidak berburuk sangka [harapannya] tidak membuat saya berkutat dengan perasaan sendiri.
Bagaimanapun, pertemanan yang sudah terjalin jauh lebih berharga daripada perasaan sesaat seperti ini. Saya tidak pernah tahu, mungkin saja dia memiliki penilaian yang sama terhadap saya, dan mungkin sebenarnya [tanpa saya sadari] sayalah yang habis menenggak ramuan kanabis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar