#parenting #workingmom
Satu hal yang nyaris tidak pernah saya lakukan sejak anak
lanang masuk sekolah adalah menjemputnya pulang sekolah. Jam kerja dan jarak
tidak memungkinkan untuk itu.
Tempo hari, saya ambil cuti satu hari. Selain untuk istirahat
pasca sakit, juga mengkhususkan waktu untuk menjemputnya pulang sekolah, beli
es krim kesukaannya, menemani makan siang, main lego, main origami, dan
sebagainya.
Komentar dia sambil memeluk saya dari belakang waktu
membonceng motor dan pulang ke rumah: “Senengnya kalo pulang sekolah ada Mamah!”
Huks. Saya pun sukses berkaca-kaca.
***
Menjadi “ibu bekerja” memang sungguh menantang. Dalam kondisi
tertentu, rasanya ingin tetap berada di rumah, seberapa pun banyaknya pekerjaan
di kantor menumpuk.
Itu sangat terasa waktu pertama-tama masuk kantor sesudah
cuti melahirkan dulu. Apalagi waktu anak sudah mulai makan makanan pendamping
ASI. Ingin sekali setiap makanan yang masuk ke tubuhnya berasal dari tangan
saya sendiri, dari menyiapkannya hingga menyuapkannya. Saya ingat dulu (dalam
bahasa yang berlebihan) rasanya ingin meng-kloning diri saya supaya bisa berada
di dua tempat dalam waktu yang bersamaan, di kantor dan di rumah.
Tapi, reality bites. Itu
jelas tidak mungkin.
Yah, setiap ibu bekerja pasti punya alasan dan pertimbangan
masing-masing mengapa memilih tetap bekerja di luar rumah dan memercayakan anak
kepada orang di rumah, entah orangtua atau pengasuh.
1. Kebutuhan
Bisa jadi ini adalah alasan terbanyak seorang ibu tetap
bekerja dan meninggalkan anak di rumah atau di tempat penitipan anak. Biaya
hidup tidak semakin murah; banyak istri tergerak untuk ikut memikul tanggung
jawab suaminya mencukupi kebutuhan keluarganya.
2. Kondisi
Ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat seorang ibu “mau
tidak mau” harus bekerja di luar rumah. Misalnya, single parent. Atau, kondisi suami yang tidak memungkinkan untuk
menjadi tulang panggung keluarga.
3. Keinginan untuk
mandiri
Meskipun sudah bersuami dan memiliki anak, seorang wanita tentu
tetap memiliki keinginan untuk berbelanja dengan uang sendiri (bukan uang
suami), atau membelikan pakaian untuk anak-anaknya, atau bahkan memberikan surprise untuk suami dengan uangnya
sendiri. Atau, faktor lain, ia ingin memberikan sesuatu kepada orangtuanya
tanpa mengganggu keuangan keluarganya (ia dan suami).
3. Keinginan untuk melindungi
diri
Tidak sedikit wanita (meskipun suami bisa mencukupi semua
kebutuhan keluarga) memilih tetap bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
Mereka ingin berjaga-jaga jika tiba-tiba mereka kehilangan sumber keuangan keluarga, apa
pun penyebabnya.
4. Latar belakang
keluarga
Kondisi keluarga ikut menjadi faktor yang membuat seorang ibu
memutuskan untuk bekerja. Misalnya, waktu kecil ia melihat ibunya bekerja dan
anak-anaknya tetap merasa bahagia. Begitu dewasa, menikah, dan punya anak, ia
merasa aman-aman saja bekerja. Atau justru sebaliknya, waktu kecil ia melihat
ayahnya bekerja sendirian dan kondisi ekonomi keluarganya terseok-seok. Begitu
dewasa, ia bertekad untuk tetap bekerja meskipun punya anak sehingga bisa ikut
meningkatkan kondisi keuangan keluarga kecilnya.
Akan tetapi, apa pun latar belakang seorang ibu memilih
tetap bekerja, hal yang lebih penting adalah bagaimana menyikapinya.
[bersambung]
Tidak ada komentar :
Posting Komentar