#bewise
Obrolan dengan anak lanang pada
suatu sore.
Gagas: “Mah, aku pengin jadi
astronot.”
Saya: “Kenapa pengin jadi
astronot?”
Gagas: “Soalnya aku mau ajak
Mamah ke Nebula M78.”
Saya: “Nebula M78? Apa itu?
Gagas: “Itu tempat tinggalnya
Ultraman, Mah.”
***
Sungguh menyenangkan mendengar seorang anak melontarkan
keinginannya dengan polos dan penuh semangat. Seperti ketika mendengar
keinginan anak saya itu. Melihatnya begitu mantap dengan keinginannya, saya sampai
tidak tega untuk mengatakan bahwa Ultraman dan Nebula M78 itu tidak
sungguh-sungguh ada. Itu cuma film, Nak.
Bagaimana dengan orang dewasa? Sebenarnya, orang dewasa pun
bisa sepolos anak-anak ketika memiliki keinginan. Namun, karena kita sudah tahu
menakar realitas dan logika, kita menjadi lebih berhati-hati melontarkan
keinginan dan ketika mewujudkannya. Belum lagi kita perlu memasukkan faktor
“kepentingan orang lain” ke dalamnya.
Setiap individu memiliki keinginan-keinginan pribadi. Ada
beberapa saringan yang bisa kita gunakan untuk menyaring dan mengelola
keinginan kita sebelum mewujudkannya:
1. Apakah penting dan mendesak?
Seperti “hukum kebutuhan”, penting dan tidak penting itu
sifatnya relatif dan subjektif. Penting bagi kita, belum tentu penting bagi
orang lain. Tapi, saya tidak yakin ada orang yang rela keinginannya dibilang
tidak penting. Hehe. Oleh karena itu perlu ada parameter yang lain, yaitu
apakah itu mendesak? Jika tidak segera diwujudkan, apakah itu akan menjadi hal
yang fatal?
2. Apakah bermanfaat?
Manfaat adalah alat ukur untuk menghindarkan kita dari sikap
“sekadar mengumbar keinginan”. Jika memang tidak ada manfaatnya, apakah itu
bisa digantikan dengan hal lain yang kita tahu jelas-jelas bermanfaat?
3. Apakah tidak merugikan orang-orang di sekitar kita?
Orang-orang yang ada di dekat kita, keluarga misalnya, adalah
pertimbangan penting dalam setiap keinginan pribadi kita. Untuk apa kita
memaksakan keinginan pribadi kita jika itu menyakiti orang-orang di dekat kita,
orang yang kita sayangi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar