Senin, 23 Januari 2012

Begitulah Ayah

Dia laki-laki berusia senja, sekaligus kepala keluarga yang berjuang keras untuk keluarganya. Meskipun hanya seorang penggembala itik-itik yang bukan miliknya, tidak berarti ia tidak bersungguh-sungguh dengan pekerjaannya. Hampir setiap malam ia rela tidur di sawah bersama istrinya di tempat yang ala kadarnya, hanya terpal yang dibuat sebagai tenda, tanpa alat penerangan. Ini dilakukannya bersama teman-temannya untuk memastikan bahwa itik-itik yang dipercayakan kepada mereka itu baik-baik saja. Siang hari, dia akan menggembalakan itik-itik di sawah yang becek dengan sebelah kakinya yang sakit karena infeksi terkena cangkul. Dan berapa gajinya? Duh Gusti ... dia hanya digaji dengan telur-telur bebek yang masih harus dibagi dua dengan pemiliknya. Sungguh!

Saya jadi teringat kisah yang dimuat di Chinadaily beberapa waktu silam. Du Jinhui, warga Beijing, kira-kira berusia 30-an tahun, rela dikelupas kulitnya tanpa dibius untuk menghemat biaya rumah sakit. Ia rela menderita demi pengobatan anak gadisnya yang menderita luka bakar hampir sekujur tubuhnya. Meski kesakitan selama proses pengelupasan itu, ia mengatakan bahwa dokter boleh mengambil kulitnya lebih banyak jika itu bagus dan bisa menyembuhkan anaknya. Ckckck ...

Gambar: www.chinadaily.com.cn

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dia menahan sakit "hanya" untuk menghemat biaya rumah sakit. Terlepas dari pertanyaan tentang jaminan kesehatan di sana untuk warga yang kurang mampu, jelas terlihat bahwa cinta sanggup melalui setiap kesulitan.

Begitulah ayah ....


*teringat padamu, Pah. Terima kasih, love u ...


Tidak ada komentar :

Posting Komentar