Senin, 30 Januari 2012

Tiga Manula

Buku yang bikin ketawa ini saya dapat secara gratis, eh, diskon seratus persen. Ada bedanya lho. Kalo gratis, saya tidak keluar uang sama sekali. Sementara diskon seratus persen artinya harga buku itu memang nol rupiah, tapi saya harus bayar ongkos kirimnya. Tetap aja termasuk murah karena ongkos kirimnya jauh di bawah harga bukunya.

Saya mendapat buku itu hanya dengan mendaftar promonya di Facebook menggunakan nomor Telkomsel, dengan sistem tukar poin. Itu pun meminjam nomor teman. Hehe.
Setelah mendaftar untuk mendapatkan diskon seratus persen, seharusnya saya selalu cek email untuk mengetahui konfirmasi dan informasi selanjutnya dari Kepustakaan Populer Gramedia. Begitu konfirmasi via email diterima, pembayaran ongkos kirim harus dilakukan dalam waktu 2x24 jam. Di luar itu hangus atau musti mendaftar ulang. Sayang waktu itu saya sakit beberapa hari dan tidak tahu kalau sudah menerima email konfirmasi. Kecewa deh ....
Tapi, beberapa hari kemudian saya ditelepon Gramedia bahwa saya masih punya kesempatan mendapatkan buku Tiga Manula dengan diskon seratus persen. Asik asik, lumayaaannn.



Tiga Manula Jalan-jalan ke Singapura
Jika Anda akrab dengan kartun Benny-Mice di Kompas Minggu, Anda pasti mengenali karakter kartun dalam buku ini. Mirip!

Tiga Manula Jalan-jalan ke Singapura adalah karya terbaru Benny Rachmadi. Komik segar dan lucu ini mengisahkan tentang tiga manula yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Adalah Liem, seorang etnis Tionghoa dan juga pebisnis. Yang kedua adalah Sanip, seorang Betawi muslim yang digambarkan selalu memakai kopiah. Yang ketiga adalah Waluyo, orang Jawa yang nJawani. ^^

Ceritanya, Liem mentraktir dua sahabatnya itu, Sanip dan Waluyo, jalan-jalan ke Singapura. Lelucon segar bertebaran di sana sini membuat pembaca senyum-senyum sendiri. Misalnya ketika mereka berada di pesawat, Waluyo merasa pusing dan memakai PPO yang aromanya membuat semua penumpang "mabuk kepayang".

Contoh lain adalah ketika mereka sampai di Merlion Park. Saat Liem tengah berapi-api menceritakan tentang patung Merlion itu, Sanip dan Waluyo malah nyemplung berenang di kolamnya.

Di beberapa bagian, ada juga sentilan-sentilan yang tetap dikemas dalam bentuk guyonan. Misalnya tentang berbagai tujuan orang datang ke Singapura, dari belanja, berobat, urusan bisnis, sampai melarikan diri bersama uang hasil korupsi.

Melalui Liem, Sanip, dan Waluyo, sebenarnya pembaca juga diajak untuk mengenal kondisi sosial masyarakat Singapura, untuk kemudian secara pribadi membandingkannya dengan kita. Misalnya, bagaimana di sana tidak boleh merokok di tempat umum; dan sudah disediakan tempat khusus untuk merokok. Jadi, orang yang tidak merokok atau tidak suka asap rokok tidak perlu khawatir. Di sana juga ada aturan khusus ketika menyeberang jalan, yang beda sekali dengan di sini. O, ya, di sana ternyata Blackberry tidak setenar iPhone. Mereka sudah beralih ke iPhone, ipad, dan tablet.

Selain berisi ide segar dan lucu, buku ini sebenarnya bisa menjadi tour guide sederhana jika Anda akan bepergian ke Singapura karena di buku ini tertulis tempat-tempat yang wajib dikunjungi jika kita berlibur ke Singapura, juga tempat makannya.

Bacalah ...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar